Inovasi Pembelajaran



INOVASI PEMBELAJARAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan dan  Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Mamad Kasmad, S.Pd. M.Pd


 

  Disusun oleh :
1.      Ai Listriyani (1806590)
2.      Delta Aida Putri (1800452)
3.      Qonitah Umi Sabarni (1800590)
4.      Shafirotul Mahrushoh (1800134)
5.      Sita Febriyanti ( 1800168)
6.      Virda Tanianur Ivani (1800238)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2020


BAB II
INOVASI PEMBELAJARAN

A.           PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan Karunia-Nya sehingga buku Inovasi Pembelajaran ini dapat diselesaikan. Di dalam penyusunan buku ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Tetapi sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa itu sendiri.Kami menyadari tanpa suatu arahan dari guru pembimbng serta masukan-masukan dari brbagai pihak yang telah membantu, mungkin kami tidak bisa menyelesaikan tugas Inovasi Pembelajaran ini tepat waktu. Buku Inovasi Pembelajaran ini dibuat sedemikian rupa semata-mata hanyauntuk memberikan wawasan tambahan kepada para pembaca dan khususnya kepada para mahasiswa di bidang studi pendidikan tentang bagaimana Inovasi Pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kegiatan belajar mengajar.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bpk. Mamad Kasmad M.Pd. yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga buku ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar membantu dalam menyelesaikan buku ini.Penyusun menyadari jia masih terdapat kekurangan ataupun suatu kesalahan dalam penyusunan buku ini sehingga penyusun mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat positif untuk perbaikan di masa yang akan datang dari seluruh pembaca.Akhir kata, penyusun berharap semoga dengan adanya buku ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia khusunya.

Purwakarta, 22 Maret 2020
                                                                                                                                
    Penulis

B.            BEBERAPA INOVASI DALAM PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Pembelajaran ini harus dipahami dan dilandasi oleh filosofi dan pergeseran paradigma yang terkandung didalamnya.
1.)    Inovasi Pembelajaran Kuantum
1.      Landasan Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum merupakan pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif dan efisien.
Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum yaitu percepatan belajar melalui usaha engaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional, dan fasilitasi belajar yang berarti mempermudah siswa. Dua konsep utama akan mendukung Azas utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum yaitu : “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarlah dunia kita ke dunia mereka”. Memahami dunia dan kehidupan anak merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, fikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan lingkungannya. Setelah kaitan itu terbentuk, maka guru dapat memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa.
2.      Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kuantum
Sesuai Azas utama, pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip (Bobby DePorter, 1992) sebagai berikut :
1.      Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, melalui serangkaian kurikulum pembelajaran.
2.      Segalanya bertujuan, maksudnya semua pengubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber tersebut pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
3.      Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
4.      Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya.
5.      Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan.
Selanjutnya Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui istilah TUNDUR, yaitu :
1.      Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK)
2.      Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
3.      Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, strategi dan metode lainnya.
4.      Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya.
5.      Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya dating kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.
6.      Rayakan, dimaksud sebagai respon pengakuan yang proporsional.

3.      Model Pembelajaran Kuantum
Model Pembelajaran kuantum identik sebagai sebuah simponi dan pertunjukan musik. Pembelajarn kuantum memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan. Langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu : 1) optimalkan minat pada diri, 2) bertanggungjawab pada diri, sehingga anda memulai mengupayakan segalanya terlaksana, dan 3) hargailah segala tugas yang telah selesai (Howard Gardner, dalam DePorter, 2002).
            Tujuan pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui pengubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan prilaku.
            Dalam pembelajaran kuantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkrestakan konteks dan kontens.
1.      Mengorkestrakan kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajar (konteks)
Dimensi konteks dalam pembelajaran kuantum dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu : suasana belajar yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
a.       Suasana belajar yang menggairahkan
Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan siswa. Untuk menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam belajar, guru atau fasilitator perlu memahami dan dapat menerapkan aspek-aspek pembelajaran kuantum sebagai berikut :
·         Kekuatan niat dan bepandangan positif
·         Menjalin rasa simpati dan saling pengertian
·         Keriangan dan ketakjuban
·         Mau mengambil risiko
·         Menumbuhkan rasa saling memiliki
·         Menunjukan keteladanan

b.      Landasan yang kukuh
Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan cara : mengkomunikasikan tujuan pembelajaran ; mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan ; meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa ; kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan ; serta menjaga kemunitas belajar tetap tumbuh dan berjalan.
Penetapan landasan dapat dimulai dari penetapan tujuan. Tujuan dari siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari masyarakat belajar, dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting. Sebaliknya, tujuan dari pengajar adalah menciptakan agar siswa belajar yang cakap dalam mata pelajaran yang disampaikan, lebih baik dan mampu berinteraksi dalam masyarakat belajar.
Pembelajaran kuantum memiliki delapan kunci sukses yang dikembangkan, yaitu integritas, kegagalan sebagai awal kesuksesan, bicara dengan niat yang baik, hidup saat ini komitmen, tanggungjawab, sikap luwes dan keseimbangan (DePorter, 1999).
c.       Lingkungan yang mendukung
Lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, dalam pembelajaran kuantum guru memiliki keajiban menata lingkungan yang dapat mendukung situasi belajar dengan cara : mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkungan sekitar ; menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan ; pengaturan formasi siswa ; pemutaran music yang sesuai dengan kondisi belajar.
2.      Mengorkestrakan Kesuksesan Belajar Melalui Konten/Isi
Dimensi konten/isi dalam pembelajaran kuantum dikelompokkan menjadi empat bagian.
a.       Mengorkestrakan presentasi prima
Kemampuan guru mengorkestrakan presentasi prima merupakan kemampuan berkomunikasi dengan menekankan interaksi sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan hidup di tengah-tengah keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental, dan spiritual para siswa dengan memperhatikan kualitas interaksi antar siswa, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan kurikulum.
Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks memberikan umpan balik, hendaknya dilaksanakan empat prinsip komunikasi, yaitu : memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mangajak dan tepat sasaran.
b.      Mengorkestrakan fasilitas yang elegan
Mengorkestrakan fasilitas berarti memudahkan interaksi siswa dengan kurikulum. Pemebelajaran kuantum menawarkan beberapa strategi untuk melakukan fasilitasi antara lain : menerapkan prinsip KEG (Know it, Explain it, Get it and give feedback), model kesuksesan dari sudut pandang fasilitator, membaca pendengar, mempengaruhi melalui tindakan, menciptakan strategi berpikir, dan tanya jawab belajar.
Fasilitas menciptakan srategi berfikir bertujuan membantu siswa memudahkan belajar dilakukan dengan cara memberikan ragam pertanyaan kepada siswa dengan maksud memperoleh respon, memberikan dorongan dan menghargai serta mengakui partisipasi siswa dalam melatih keterampilan berfikir siswa.
c.       Mengorkestrakan keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Keterampilan belajar dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien, dengan tetap mempertahankan minat belajar, karena belajar dapat berlangsung secara terfokus tetapi santai. Dalam membantu siswa mengorkestrasi keterampilan belajar, pembelajaran kuantum menekankan empat strategi berikut : memanfaatkan gaya belajar, keadaan prima untuk belajar, mengorganisasikan informasi, dan memunculkan potensi siswa.
Pembelajaran kuantum menyarankan strategi SLANT dan keadaan alpha kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Stratedi SLANT merupakan singkatan dari Sit Up In The Chair (duduk tegak di kursi), Lean Forward (condong kedepan), Ask question (bertanya), Node their hads (menganggupan pelaku), Talk to The Teacher (berbicara dengan guru) tubuh tegak agak condong ke depan mengindikasikan tubuh dalam keadaan semangat belajar, sedangkan unsur ANT mengindikasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar yang dapat memberi simulasi kepada guru untuk lebih bergairah mengajar. Adanya upaya take and give antar guru dan siswa untuk meningkatkan interaksi belajar yang dapat mengubah energi belajar lebih berbahaya.


2.)    Inovasi Pembelajaran Kompetensi
A.    Pengertian Pembelajaran Kompetensi
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction yang banyak dipakai dalam dunia Pendidikan di Amerika Serikat, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Dalam pembelajaran kompetensi siswa sebagai sumber belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut kreativitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.
Terdapat karakteristik penting dari pembelajaran kompetensi, seperti kegiatan proses belajar mengajar dalam KBK tidak hanya sekedar menyampaikan materi saja, akan tetapi diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan mutu kehidupan peserta didik.
Dalam implementasi KBK, pembelajaran tidak dimaksudkan menghilangkan peranan guru sebagai pengajar, sebab secara konseptual istilah mengajar juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar belajar dua istilah yang tidak dapat dipisahkan, mengajar menitikberatkan perbuatan guru yang menyebabkan siswa belajar. Pembelajaran menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan bersikap.
Pembelajaran kompetensi memiliki sembilan kompetensi yang bersifat strategis (Martinis Yamin, 2005), sebagai berikut :
a.       Menyadari bahwa setiap orang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.
b.      Menggunakan bahasa untukmemahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
c.       Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep numerik dan spesial, serta mampu mencari dan menyusup pola, struktur dan hubungan.
d.      Menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan, ditemukan dan diperoleh dari berbagai sumber dalam kehidupan serta mampu menilai kebermanfaatan.
e.       Memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
f.       Memahami kontek budaya geografi, sejarah, dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam masyarakat dan budaya global.
g.      Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif dan lingkungan untuk saling menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.
h.      Menunjukkan kemampuan berfikir konsekuen, berfikir literal, berfikir kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
i.        Menunjukkan motivasi dan percaya dari dalam belajar, mampu bekerja mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
Penyusupan materi pembelajaran kompetensi mencakup tiga komponen utama yang harus dikuasai siswa, yaitu :
a.       Kompetensi dasar, atau kemampuan dasar merupakan tujuan pembelajaran dari materi yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan Taksonomi Bloom.
b.      Materi pokok, merupakan materi pelajarang yang disajikan kepada siswa berupa penjabaran sub pokok bahasan dari awal semester sampai akhir semester secara terstruktur.
c.       Indikator, dikembangkan dari kemampuan dasar sesuai dengan materi pembelajaran yang ditetapkan, menggunakan kata kerja operasional khusus yang disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa. Kriteria indikator yang memenuhi syarat adalah :
1)      Menurut ciri-ciri tujuan yang hendak diukur
2)      Memuat suatu kata kerja operasional yang dapat diukur
3)      Berkaitan erat dengan materi yang diajarkan
4)      Dapat dibuatkan soalnya tiga sampai lima butir setiap indikator.

B.     Prinsip pembelajaran kompetensi
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain apabila suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan harapan.
Ada beberapa prinsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain :
1.      Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Dalam pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
2.      Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari, ada tipe pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce Weil, 1980).
3.      Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan sosial.
4.      Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki yang meliputi kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi kultural.
Prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam rangka menunjang hasil belajar yang efektif dan efisien, menurut Puskur (Balibang Depdiknas, 2002), sebagai berikut :
1.      Kesempatan untuk belajar
2.      Pengetahuan awal siswa
3.      Refleksi
4.      Memotivasi
5.      Keragaman individu
6.      Kemandirian dan kerjasama
7.      Suasana yang mendukung
8.      Belajar untuk kebersamaan
9.      Siswa sebagai pembangun gagasan
10.  Rasa ingin tahu
11.  Menyenangkan
12.  Interaksi dan komunikasi
13.  Belajar cara belajar

C.     Karakteristik pembelajaran kompetensi
Proses dalam pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus, yaitu :
1.      Proses pembelajaran memiliki tujuan yaitu membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2.      Adanya suatu prosedur yang direncanakan, dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Adanya kegiatan penggarapan materi tertentu secara khusus, sehingga dapat mencapai tujuan.
4.      Adanya aktivitas siswa sebeagai syarat mutlak bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
5.      Guru berperan sebagaipembimbing yang berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam proses interaksi yang kondusif.
6.      Membuutuhkan adanya komitmen terhadap kedisiplinan sebagai pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang ditaati oleh semua pihak.
7.      Adanya batasan waktu, untuk menetukan tingkat pencapaian tujuan.
Sukmadinata (2004) menjelaskan tentag karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut :
1.      Isi program didasarkan pada kecakapan atau keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah atau mengerjakan suatu pekerjaan.
2.      Tujuan pembelajaran ditulis untuk setiap rumusan kompetensi.
3.      Pengukuran kecakapan atau keterampilan didasarkan atas kemampuan yang diperlihatkan.
4.      Performansi siswa diukur dengan menggunakan acuan patokan.
5.      Record lengkap kompetensi-kompetensi yang dikuasai dibuat untuk setiap siswa.
6.      Bahan pembelajaran berupa modul, handout, buku kerja, dan program pembelajaran menggunakan media cetak atau program komputer dan media lain yang disediakan bagi setiap peserta didik.
7.      Waktu belajar cukup fleksibel, tiap peserta dapat menyesuaikan kecepatan belajarnya dengan kemampuan masing-masing.
8.      Kegiatan belajar memanfaatkan umpan balik.

D.    Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi
Berkenaan dengan kemampuan guru untuk mengelola berbagai komponen pembelajaran sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien, maka dalam pengelolaan pembelajaran kompetensi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya : aspek-aspek pengelolaan pembelajaran, sarana dan sumber belajar serta pendekatan pembelajaran.
1.      Aspek-aspek pengelolaan pembelajaran kompetensi
a.       Pengelolaan ruang belajar (kelas)
Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran berbentuk ruang kelas. Selama berjam-jam siswa berada di ruang kelas, selama itu pula terjadi interaksi guru dan siswa. Suasana dan penataan ruang belajar tersebut, hendaknya memperhatikan kondisi berikut :
1.      Aksesibilitas, yaitu siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
2.      Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari satu tempat k tempat yang lain.
3.      Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antar guru-siswa dan siswa-siswa.
4.      Variasi kerja siswa, yaitu memungkinkan siswa bekerja secara perorangan/kelompok.
b.      Pengelolaan siswa
Siswa dalam suatu kelas memiliki kemampuan yang beragam, terutama dalam menerima pengalaman belajar termasuk materi yang harus dikuasai, guru hendaknya memahami karakteristik siswa dalam belajar. Bobbi DePorter (2001:117) mengelompokkan karakteristik modalitas belajar siswa ke dalam tiga karakter, yakni pelajar visual (menggunakan penglihatan mata), auditorial (belajar melalui pendengaran), dan kinestetik (belajar bergerak, bekerja dan menyentuh).
c.       Pengelolaan kegiatan pembelajaran kompetensi
Seorang guru dituntut untuk menciptakan berbagai bentuk kegiatan pembelajaran, sehingga siswa secara optimal mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbagai pengalaman belajar. Berkenaan dengan optimalisasi kemampuan belajar seseorang, Sheal, Peter (1989) dalam Puskur Balibang Depdiknas (2002) menggambarkan kualifikasi kemampuan belajar, yaitu baca (10%), mendengar (20%), melihat (30%), melihat dan mendengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan (90%).
d.      Pendekatan Kegiatan Pembelajaran Kompetensi
1)      Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi kualifikasi perubahan prilaku yang diharapkan.
2)      Memilih cara pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mencapai standar kompetensi dengan memperhatikan karakteristik siswa dengan subjek belajar , termasuk dalam kegiatan ini memahami tentang modalitas dan gaya belajar siswa secara individual siswa.
3)      Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pengalaman belajar yang mesti ditempuh siswa.
4)      Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan, sehingga dapat menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran, terutama menilai kemampuan suatu jenis kompetensi tertentu.
e.       Sarana dan sumber belajar
Sarana merupakan fasilitas yang mempengaruhi secara langsung terhadap keberhasilan siswa dalam kegiatan mencapai tujuan pembelajaran. Sarana yang peling membantu adalah sarana berupa media atau alat peraga.
Sumber belajar harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sumber belajar utama yang dapat dipilih seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi dan lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi :
1.      Lingkungan sosial
2.      Lingkungan alam
3.      Lingkungan budaya
f.       Model pendekatan pembelajaran kompetensi
Materi yang dipilih dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi harus bisa memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pendekatan tematik lebih sesuai untuk siswa sekolah dasar kelas rendah dan pembelajaran bermakna dapat digunakan untuk siswa sekolah dasar kelas tinggi.

3.)    Inovasi Pembelajaran Kontekstual
A.    Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran konstektual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005).
B.     Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual
1.      Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa, kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar. Pembelajaran dengan fokus-fokus tersebut secara komprehensif tercantum dalam pembelajaran kentekstual.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
Pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fiisik maupun mental. CTL memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
2.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual
Elaine B.Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu : saling ketergantungan (interdepence), diferensiasi (differentiation), dan pengorganisasian (self organization).
Pertama, prinsip saling ketergantungan (interdependence), menurut hasil kajian para ilmuan segala yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan dan tergantung. Begitu pula dengan Pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat kerja, di masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktek, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.
Kedua, prinsip diferensiasi (differentiation) yang menunjukkan kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keseragaman, keunikan. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi. Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam pembelajaran kontekstual.
Ketiga, prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dari yang lain. Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan para pengajar di Sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimillikinya seoptimal mungkin
C.     Asas-asas dalam Pembelajaran Kontekstual
1.      Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikontruksi dari dalam diri seseorang. Pendekatan kontruktivisme merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan
2.      Inkuiri
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Dalam model inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a.       Merumuskan masalah
b.      Mengajukan hipotesis
c.       Mengumpulkan data
d.      Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan
e.       Membuat kesimpulan
3.      Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab petanyaan. Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Kegiatan bertanya sangat berguna untuk :
a.       Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
b.      Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
c.       Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
d.      Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
e.       Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri
4.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (team work). Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan atas masyarakat belajar dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat hetrogen.
5.      Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajarn kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya.
7.      Penilaian Nyata (Authentik Assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

D.    Model Pembelajarn Kontekstual
Tahap Invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas.
Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan.
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajarn kontekstual tersebut, maka langkah-langkah pembelajaran kontekstual yaitu pendahuluan, inti dan penutup.

C.     INOVASI PEMBELAJARAN
A.    Model- Model Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik secara langsung seperti kegiatan belajar mengajar di kelas maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media. Kegiatan interaksi antara guru dan siswa tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran disebut dengan model pembelajaran. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang). Model-model berdasarkan teori belajar, meliputi interaksi social, model pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran modifikasi tingkah laku (behavioral).
Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2.      Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.
4.      Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) system social; dan (d) system pendukung.
5.      Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
6.      Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.


B. Model-model Desain Pembelajaran
Model desain pembelajaran merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar, guru harus terlebih dahulu membuat desain pembelajaran. Dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , seorang guru harus memilih model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Terdapat beberapa model desain pembelajaran, antara lain:
1.      Model PSSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
            Ada 5 langkah pokok dari pengembangan model PSSI ini yaitu:
1.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku dan hanya ada satu kemampuan/tujuan).
2.      Pengembangan alat evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal untuk setiap tujuan).
3.      Menentukan kegiatan belajar mengajar (merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).
4.      Merencanakan program kegiatan belajar mengajar (merumuskan materi pembelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program/kegiatan jadwal).
5.      Pelaksanaan (mengadakan pretest, menyampaikan materi pembelajaran, mengadakan posttest dan revisi).

2.      Model Glasser
Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model Glasser :
1.      Instructional Goals (Sistem Objektif), pembelajarannya lebih menekankan pada praktik.
2.      Entering behavior (Sistem Input), pelajaran yang diberikan dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku.
3.      Instructional Procedures ( Sistem Operator), membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4.      Performance Assesment (Output Monitor), pembelajaran diharapkan dapat mengubah perilaku siswa yang menetap.

3.      Model Gerlach dan Ely
Komponen-komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely
1.      Merumuskan Tujuan pembelajaran (Specification of Objectives)
2.      Menentukan isi materi (Specification of Content)
3.      Penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering Behaviors)
4.      Menentukan strategi (Determination of Strategy)
5.      Pengelompokan belajar ( Organization of Groups)
6.      Pembagian waktu (Allocation of Time)
7.      Menentukan ruangan ( Allocation of Space)
8.      Memilih media (Allocation of Resources)
9.      Evaluasi hasil belajar (Evaluation of Permance)
10.  Menganalisis umpan balik (Analysis of Feedback)

4.      Model Jerold E. Kemp
Model pembelajaran Jerold E. Kemp (1977), terdiri atas delapan langkah, yaitu:
1.      Menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2.      Membuat analisis tentang karakteristik siswa.
3.      Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang lebih spesifik, operasional, dan terukur.
4.      Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang lebih khusus.
5.      Menentukan penjajagan awal (preassesment) untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran.
6.      Menentukan strategi pembelajaran dan seumber belajar yang sesuai.
7.      Koordinasi sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan.
8.      Melakukan evaluasi untuk mengkaji keberhasilan program pembelajaran.

5.      Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/TCL)
1.      Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi,2002).
Langkah-langkah pengembangan model CTL adalah sebagai berikut :
a.       Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar bermakna.
b.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic yang diajarkan.
c.       Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d.      Menciptakan masyarakat belajar dengan berdikusi dan lain sebagainya.
e.       Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran dengan ilustrasi, model maupun media.
f.       Membiasakan anak untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
g.      Melakukan penilaian secara objektif.
2.      Komponen Pembelajaran Kontekstual
a.       Menjalin hubungsn yang bermakna (making meaningfull connections)
b.      Mengerjakan pekerjaan yang berarti (doing significant work)
c.       Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
d.      Mengadakan kolaborasi (collaborating)
e.       Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
f.       Memberikan pelayanan secara individual (nurturing the individual)
g.      Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards)
h.      Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment). (Johnson B. Elaine, 2002)
3.      Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Ada 7 prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan guru, diantaranya:
a.       Konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi).
b.      Menemukan (inquiry) memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan yang diperlukan didapat dari hasil menemukan sendiri.
c.       Bertanya (questioning) yaitu pengetahuan yang dimiliki selalu bermula dari bertanya.
d.      Masyarakat belajar (learning community) adalah untuk membiasakan siswa melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber berlajar dari temannya.
e.       Pemodelan (Modelling) membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki guru.
f.       Refleksi (reflection) untuk memberikan siswa kesempatan dalam mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri.
g.      Penilaian sebenarnya (authentic assessment) agar guru mengetahui kemajuan, keunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar.
4.      Skenario Pembelajaran Kontekstual
Pengembangan komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.
a.       Mengembangkan pemikirian siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih bermakna dengan caranya sendiri.
b.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic pembelajaran.
c.       Mengembangkan sifat ingin tau melalui kegiatan tanya jawab.
d.      Menciptakan masyarakat belajar melalui kegiatan berkelompok, berdiskusi dan yang lainnya.
e.       Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, dan media.
f.       Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
g.      Melakukan penilaian secara objektif.

6.      Model Pembelajaran Kooperatif
1.      Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didika dalam kelompok, (2) adanya aturan main, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil hasil dalam belajar, (3) guru menanamkan pembelajaran melalui teman sendiri/teman sebaya, (4) guru menghendaki pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memcahkan berbagai permasalahan. (Sanjaya, 2006)
2.      Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
a.       Pembelajaran secara tim (tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan)
b.      Dida sarkan pada manajemen kooperatif, mempunyai tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksana, (2) fungsi manajemen sebagai organisasi agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, (3) fungsi manajemen sebagai control yang ditentukan melalui kriteria keberhasilan.
c.       Kemauan untuk bekerja sama.
d.      Keterampilan bekerja sama.
3.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada 5 unsur dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:
a.       Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
b.      Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat bergantung dari tiap anggota kelompoknya.
c.       Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk melakukan interaksi saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
d.      Partisipasi dan komunikasi (participation and communication), yaitu melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
e.       Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu untuk mengevaluasi hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
4.      Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1.      Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi sebelum siswa belajar dalam kelompok.
2.      Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan kelompok siswa sudah terbentuk.
3.      Penilaian, dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan melakukan tes secara individu atau kelompok.
4.      Pengakuan tim, menentukan tim paling berprestasi sebagai penghargaan untuk memberikan motivasi agar tim terus melakukan pembelajaran dengan lebih baik lagi.
5.      Model-model Pembelajaran Kooperatif
a.       Model Student Team Achievment Division (STAD)
Slavin memaparkan bahwa, “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru". Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD antara lain :
1.      Penyampaian tujuan dan motivasi
2.      Pembagian kelompok
3.      Presentasi dari guru
4.      Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
5.      Kuis (evaluasi)penghargaan prestasi tim
b.      Model Jigsaw
Dalam model ini, guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, lalu siswa bekerja sama untuk menyelesaikan komponen tersebut sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru secara berkelompok. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1.      Siswa dikelompokkan dengan anggota  4 orang;
2.      Tiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda;
3.      Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membetnuk kelompok baru (kelompok ahli);
4.      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang telah didiskusikan;
5.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
6.      Pembahasan;
7.      Penutup.
c.       Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Di dalam implementasi pembelajaran kooperatif tipe GI, setiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi mereka di depan kelas, tugas kelompok lain adalah melakukan evaluasi sajian dari kelompok yang sedang melakukan presentasi. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI adalah :
1.      Membagi siswa ke dalam kelompok kecil;
2.      Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;
3.      Mengajak siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang telah disepakati.
d.      Model Make a Match (Membuat Pasangan)
Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.
1.      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
2.      Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3.      Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang dipegang.
4.      Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5.      Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda.
6.      Kesimpulan.
e.       Model structural
Menurut Spencer dan Miguel Kagan (shlomo Sharan, 2009):267) bahwa terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe ini, antara lain,
1.      Struktur dan konstruk yang berkaitan, interaksi di dalam kelas mempunyai pengaruh besar pada perkembangan siswa pada sisi social, kognitif, dan akademisnya.
2.      Prinsip-prinsip dasar, terdapat empat prinsip diantaranya, interaksi serentak, partisipasi sejajar, interdepedensi positif, dan akuntabilitas perseorangan.
3.      Pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, tujuan pembentukan kelompok adalah, agar dikenal, identitas kelompok, dukungan timbal balik, menilai perbedaan dan mengembangkan sinergi.
4.      Kelompok, Kagan (Shlomo, 2009:288) membedakan empat tipe kelompok, diantaranya, kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, dan kelompok bahasa homogeny.
5.      Tata kelola, dalam sistem kooperatif ditekankan adanya interaksi siswa dengan siswa, untuk itu manajemen melibatkan berbagai keterampilan yang berbeda.
6.      Keterampilan sosial.

7.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Menurut Tan (2003) PBM merupakan pendekatan yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memuatkan perhatiannya pada pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran.
Pendidikan harus mampu menciptakan individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang tinggi dan keterampilan yang tinggi pula. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja sama, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibandingkan pendekatan lain. Pendekatan PBM menuntut kesiapan baik dri pihak guru yang berperan sebagai fasilitator sekaligus pembimbing. Disamping itu, siswa juga harus siap terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
1.      Desain Masalah Dalam PBM
a.       Akar desain masalah, menurut Michael Hicks (1991) ada empat hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan masalah, yaitu: memahami masalah, kita tidak tahu bagaimana cara memecahkan masalah tersebut, ada keinginan untuk memecahkan masalah, adanya keyakinan mampu memecahkan masalah tersebut.
b.      Menentukan tujuan PBM, tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan memecahkan masalah.
c.       Desain masalah, ciri-cirinya antara lain, (1) karakteristik, masalah yang nyata yang ada dalam kehidupan, adanya relevansi dengan kurikulum, (2) konteks, masalah tidak terstruktur, menantang, memotivasi dan memiliki elemen baru, (3) sumber dan lingkungan belajar, masalah dapat memberikan dorongan untuk dipecahkan secara kolaboratif, adanya sumber informasi dan hal-hal yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (4) presentasi, penggunaan scenario masalah.

2.      Pengembangan Kurikulum dalam PBM
Kurikulum dalam PBM meliputi:
a.       Mega level (the why), profil lulusan yang diharapan, tujuan umum program; pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kompetensi lainnya.
b.      Makro level (the what), latihan dan modul tujuan lembaga, belajar dari materi silabus, kriteria penilaian, dan kegiatan evaluasi.
c.       Mikro level (the how); struktur kegiatan, jadwal sesi PBM, tahap-tahap pelaksanaan PBM, struktur belajar mandiri, dan kemasan belajar, sumber masalah dan belajar.
3.      PBM dan Perencanaan Kurikulum
Struktur pembelajaran biasanya digambarkan dalam sebuah bentuk formulasi seperti berikut:
a.       Menentukan masalah  analisa masalah penemuan dan pelaporan  integrasi dan evaluasi
b.      Menentukan masalah  inquiry masalah  mengangkat isu belajar  penemuan dan peer teaching  menyajikan solusi  review
c.       Menemukan masalah  analisis  penelitian dan kerja lapangan  pelaporan dan peer teaching  menyajikan temuan  refleksi dan evaluasi
d.      Sebenarnya pola pengembangan ini cukup beragam, karena sifatnya relative dan tergantung pada bagian mana yang ditekankan.

8.      Pembelajaran Tematik
a.       Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Berdasarkan implementasi pembelajaran KTSP, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pemgembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pembelajaran. Sebagai salah satu bentuknya yakni dengan dimuculkannya model pembelajaan tematik yang merupakan model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk satuan pendidikan Sekolah Dasar. Model pembelajaran tematik lebih menekankan siswanya untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pembelajaran tematik, kegiatan menganalisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator tidak perlu dilakukan secara tersendiri karena dapat dilaksanakan berbarengan dengan penentuan jaringan tema. Tema-tema yang dapat dikembangkan mengacu pada prisip-prinsip sebagai berikut.
1.    Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan.
2.    Dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak.
3.    Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju hal yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju yang abstrak.

b.      Pengertian Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena siswa akan mendapat pengalaman langsung mengenai apa yang ia pelajari, sehingga akan memudahkan siswa dalam memahami setiap mata pelajaran yang terdapat di dalam setiap tema tersebut.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru dan siswa dengan memperhatikan keterkaitan dengan isi mata pelajarannya. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai suatu konsep dalam satu mata pelajaran, akan tetapi juga ada keterkaitannya dengan konsep mata pelajaran lainnya.
  Dengan adanya tema ini akan memberikan beberapa keuntungan diantaranya: 1) siswa dapat lebih fokus dalam suatu tema tertentu, 2) siswadapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antarmatapelajaran dalam tema yang sama, 3) pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam dan berkesan, 4) kompetensi dasar dapat dikembamgkan lebih baik dengan mengaitkan pada mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, dan lain sebagainya.

c.         Landasan Pembelajaran Tematik
1.    Landasan Filosofis
Kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, diantaranya yakni:
a.    Aliran progresivisme, aliran ini memandang proses pembelajaran pada pembentukan kreativitas, pemberian julah kegiatan, suasana alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa.
b.    Aliran kontruktivisme, aliran ini melihat pengalaman langsung siswa dalam kunci sebagai pembelajaran. Dalam hal ini siswa dapat belajar langsung dari materi-materi yang ada di dalam tema melalui pengalaman yang sudah dirasakannya sehingga siswa dapat mudah menggali pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
c.    Aliran humanisme, aliran ini lebih melihat siswa dari keunikan/kekhasannya, potensi dan juga motivasi yang dimilikinya.
2.    Landasan Psikologis
Landasan ini berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan dapat menentukan sejauh mana isi/materi dari setiap mata pelajaran yang sesuai dengan perkembangan peserta didiknya, sedangkan psikologi belajar menentukan bagaimana cara isi/materi tematik tersebut disampaikan dan agar peserta didik dapat memahami dan  isi/materi tersebut.
3.    Landasan Yuridis
Landasa ini berkaitan dengan kebijakan dan peraturan mengenai pembelajaran tematik yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak, dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam UU No.20 Tahun 2003 Bab V Pasal 1-b tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
4.    Landasan Sosial-budaya dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS)
Pembelajaran selalu mengandung nilai yang harus sesuai dalam kehidupan di mayarakat. Kehidupan di masyarakat selalu mengutamakan nilai dan budaya, oleh sebab itu peserta didik juga harus mempunyai rasa sosial yang tinggi dalam kehidupannya. Selain itu, perkembangan teknologi yang semakin maju mengakibatkan kurikulum pembelajaran juga harus menyelaraskan dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia IPTEK.
Keempat landasan tersebut saling berkaitan dalam pembentukan kurikulum pembelajaran tematik, baik itu landasan filosofis, psikologis, yuridis, dan IPTEKS akan mempengaruhi perkembangan pembelajaran tematik yang efektif dan efisien.

d.        Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar.
       Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa akan mendapatkan pengalaman langsung terhadap isi/tema dari setiap mata pelajaran yang termuat di dalamnya, sehingga siswa akan lenih mudah dalam memahami setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh gurunya.
       Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, 2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai dengan minat dan bakat siswa, 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar akan lebih bertahan lama, 4) membantu mengembangkan keterampilan siswa, 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari.
       Selain itu, pembelajaran tematik juga memiliki beberapa nilai dan manfaat, di antaranya: 1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran dapat terjadi penghematan, karena dapat menghilangkan tumpang tindih materi, 2) siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan sebagai tujuan akhir, 3) pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa melengkapi dengan pemgalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga, 4) memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar, 5) dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.

e.         Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
1.    Berpusat pada siswa
       Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Dalam pendekatan pembelajaran modern menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru slebih berperan sebagai fasilitator atau yang memberikan kemudahan dan solusi dalam proses pembelajaran siswanya.
2.    Memberikan pengalaman langsung
       Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk menghadapi sesuatu yang abstrak.
3.    Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
       Fokus pada pembahasan setiap mata pelajaran bergantung pada setia tema yang berkaitan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Dalam pembelajaran tematik konsep yang tersaji dalam setiap tema diambil dari berbagai mata pelajaran, sehingga siswa akan mempelajari seluruh konsep dengan utuh. Hal ini dijadikan sebagai bekal untuk siswa dalam menghadapi permasalahan yang akan terjadi dalam kehidupannya.
5.    Bersifat fleksibel
       Pembelajaran tematik bersifat lebih fleksibel (luwes), di mana guru dapat mengaitkan antara materi yang terdapat dalam satu mata pelajaran dnegan yang lainnya ataupun mengaitkannya dengan kehidupan dan keadaan sekitar lingkungan siswa.
6.    Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
       Siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan bakat dan potensinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain  dan menyenangkan
       Dalam pembelajaran tematik, mengusung prinsip belajar sambil bermain sehingga siswa akan tertarik dan tidak mudah bosan dalam proses pembelajaran.

f.         Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pembelajaran tematik yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut.
1.    Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
2.    Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
3.    Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan harus dipelajari sendiri.
4.    Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5.    Kegaiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6.    Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkunganm dan daerah setempat.

g.        Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
       Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran kelas I, II, dan III Sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendididikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Keseharan.

h.        Implementasi Pembelajaran Tematik
       Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada setiap mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya.  Dalam merancang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukann dengan dua cara sebagai berikut.
       Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema tersebut harus berkaitan dengan lingkungan siswa, dimulai dari hal yang sulit hingga ke hal yang sederhana.
       Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Dengan demikian tema pemersatu tersebut dapat ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing pembelajaran.
       Berikut adalah alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik meluputi beberapa tahap, yaitu:
1.    Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan.
       Tahap ini dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran agar terjadi pemerataan dan pencapaian yang sesuai dengan yang diajarkan.
2.    Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan.
Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan sebuah tema pemersatu.
3.    Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu.
       Pada tahap ini dilakukan pemilihan dan penetapan tema yang dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam melakukan tahap ini perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya: a) tema yang dipilih memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kemampuan, dan kebutuhannya, serta c) penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali siswa.
4.    Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu.
Pada tahap ini pemetaan tema yang sudah dilakukan dibuat dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang memeperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
5.    Menyusun silabus pembelajaran tematik
Hasil yang telah dilakukan dalam tahap-tahap sebelumnya menjadi bahan untuk pembuatan silabus. Silabus dapat diartikan sebagai ringkasan/pokok-pokok materi pembelajaran tematik. Format silabus tersusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang: (1) mata pelajaran yang akan dipadukan, (2) kompentesi dasar, (3) indikator yang akan dicapai, (4) kegiatan pembelajaran materi pokok, strategi pembelajaran, dan langkah-lamgkah pembelajaran, (5) sarana dan sumber, dan (6) penilaian.
6.    Penyusunan rencana pembelajaran tematik.
Penyusunan rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a)      Tema/judul yang akan dipelajari dalam pembelajaran.
b)      Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
c)      Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
d)     Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
e)      Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam proses pembelajaran).
f)       Alat, media, dan sumber bahan.
g)      Penilaian dan tindak lanjut.
Berikut adalah contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
FORMAT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
     Tema                       : ……………………………
     Mata Pelajaran        :…………………………….
1.      ………….
2.      ………….
3.      ………….
Kelas/Semester       :
Alokasi Waktu        :
(1)   Kompetensi dasar
Tuliskan kompetensi dasar yang dapat dipadukan dengan beberapa mata pelajaran yang akan dicapai serta tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
(2)   Indikator
Indikator dapat dikembangkan dari kompetensi dasar yang sudah ditentukan.
(3)   Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dapat dijabarkan dari kompetensi dasar yang mengandung kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
(4)   Materi pokok
Materi pokok yang perlu dipelajari siswa ditulis (beserta uraian singkat) dalam rangka pencapaian kompetensi dasar dan indikator.
(5)   Metode yang digunakan
Penetapan metode boleh lebih dari satu. Contohnya seperti ceramah, tanya jawab, diskusi pembelajaran kooperatif, pemecahan masalah, dan sebagainya.
(6)   Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran berupa alur kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar.
a.       Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan kegiatan pembuka dalam suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswanya untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisisensi waktu dalam kegiatan ini relative singkat berkisar antara 10-30 menit.
Kegiatan pendahuluan dapat dilakukan dengan cara: (1) melakukan apersepsi, yaitu mengaitkan materi yang dipahami siswa dengan materi yang akan diajrkan, (2) menginformasikan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai siswa dalam proses pembelajaran, (3) melakukan pretest atau kuis.
b.      Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang sudah ditetapkan. Alokasi waktu untuk kegoatan inti bisa disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan disampaikan. Kegiatan inti dapat dilakukan dengan cara: (1) guru memberitahukan tema yang akan dibahas dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa beserta garis besar materi yang akan dipelajari. (2) menjelaskan alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa, (3) materi pembahasan pada setia tema harus diarahkan pada perubahan tingkah laku siswa. 
c.       Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara melakukan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan kegiatan proses belajar siswa. Alokasi waktu yang diperlukan pada kegiatan penutup ini kurang lebih 25 menit. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu diantaranya: (1) siswa menyimpulkan KBM di bawah arahan guru, (2) melaksanakan post test atau penilaian akhir, (3) melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, (4) mejelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit, (5) menginformasikan topik atau tema yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, dan (6) meutup kegiatan pembelajaran.
(7)   Alat, media, dan sumber.
(8)   Penilaian hasil belajar
7.    Pengelolaan Kelas
a.    Pengelolaan Tempat Belajar
Untuk pembelajaran tematik, pengaturan kelas harus fleksibel atau mudah diubah-ubah oleeh siswa disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
b.    Pengaturan Siswa
Kegiatan pembelajaran akan dapat dilakukan jika siswa dapat diatur secara klasikal (kelompok besar), kelompok kecil, perorangan (individual).
c.    Pemilihan Bentuk Kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tematik, guru harus bisa menguasai seluruh bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut. Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak menjenuhkan, maka perlu dilakukan variasi pembelajaran berkaitan dengan gaya mengajar guru, penggunaan alat dan media pembelajaran, serta pola interaksi pembelajaran.
d.   Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran harus dijadikan sebagai bagian integral dengan komponen belajar lainnya, dalam arti tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Penggunaan media pembelajaran dapat divariasikan ke dalam penggunaan media visual, media audio, dan media audio-visual.
e.    Penilaian
Model penilaian yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar mencakup prosedur yang digunakan, dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang digunakan.

9. Model Pembelajaran Berbasis Komputer

a.       Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
       Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut. Dalam teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya Sydney L. Pressey (1960) untuk menciptakan mesin mengajar atau teaching machine bisa dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
       Pada tahun 1964, seorang ahli psikologi dari aliran behaviorisme bernama B. F. Skiner menciptakan pembelajaran terprogram (berprogram) yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa dan siswa berinterasi dengan guru yang dilakukan secara langsung dengan program yang bisa berbentuk tulisan, rekaman radio, film, mesin mengajar, dan lain sebagainya.

b.      Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer
1.    Model Drills
Model drills adalah model dalam pembelajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Melalui model pembelajaran drills akan ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentu latihan. Dalam melatih siswa, guru hendaknya memerhatikan jalannya pembelajaran serta faktor-faktor sebagai berikut.
·      Menjelaskan terlebih dahulu tujuan atau kompetensi.
·      Menentukan dan menjelaskan kebiasaan, ucapan, kecekatan, gerak tertentu, dan lain sebagainya yang akan dilatihkan.
·      Pusatkan perhatian siswa terhadap bahan yang akan atau sedang dilatihkan itu.
·      Gunakan selingan latihan, supaya tidak bosan.
·      Guru hendaknya memerhatikan kesalahan yang dilakukan yang dilakukan siswanya dan membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut.
·      Waktu untuk latihan hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan siswa.
       Model drilss dalam pembelajaran berbasis komputer pada dasarnya merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang konkret melalui penciptaan tiruan dengan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Secara umum tahapan penyajian model drills adalah sebagai berikut.
·      Penyajian masalah dalam bentuk latihan soal pada tingkat tertentu dari kemampuan dan performance siswa.
·      Siswa mengerjakan soal-soal latihan.
·      Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, kemudian memberikan umpan balik.
·      Jika jawaban yang diberikan siswa benar maka program menyajikan materi selanjutnya dan jika jawaban siswa salah maka program menyediakan fasilitas untuk mengulang latihan (remedial) yang dapat diberikan pada akhir keseluruhan soal.
2.   Model Tutorial
       Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Program tutorial merupakan program pembelajaran yang menggunakan software berupa program komputer yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan.
       Fungsi dari pembelajaran tutorial yaitu: 1) kurikuler, yakni sebagai pelaksana kurikulum; 2) pembelajaran, yakni kegiatan yang dilakukan siswa dalam menuntut ilmu; 3) diagnosis-bimbingan, yakni membantu siswa dalam yang mengalami kesusahan dalam proses pembelajaran ini; 4) administrative, yakni melaksanakan berbagai kegiatan pendataan yang sesuai dengan teknis administrative program pembelajaran berbasis komputer ini; dan 5) personal, yakni memberikan keteladanan pada siswanya agar termotivasi untuk lebih giat dalam belajar.
       Tujuan pembelajaran tutorial yaitu: 1) meningkatkan pengetahuan siswa sesuai yang dimuat dalam software pembelajaran; 2)  meningkatkan kemampuan iswa dalam memecahkan suatu masalah; dan 3) meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dan menerapkannya dalam kehidupan. Berikut adalah tahapan dalam pembelajaran model tutorial.
·      Penyajian informasi, yaitu berupa materi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
·      Pertanyaan dan respons, yaitu berupa soal-soal latihan yang harus dikerjakan siswa.
·      Penilaian respons, yaitu komputer akan memberikan respons terhadap kinerja siswa.
·      Pemberian balikan respons, yaitu setelah program selesai maka program akan memberikan pernyataan apakah telah selesai atau belum.
·      Pengulangan.
·      Segmen peraturan pelajaran.
3.    Model Simulasi
       Model simulasi adalah model CBI yang menampilkan materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk simulasi-simulasi pembelajaran berupa bentuk animasi yang menjelaskan konten secara menarik, hidup, dan memadukan unsur teks, gambar, audio, gerak, dan paduan warna yang serasi dan harmonis. Berikut adalah langkah-langkah produksi model simulasi.
Perencanaan produksi model simulasi, meliputi:
a.         Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model simulasi
b.         Perencanaan program PBK simulasi
1)   Pendahuluan
2)   Tujuan (SK-KD-Indikator)
3)   Pengalaman belajar
4)   Treatment
5)   Storyboard
c.         Flowchart PBK model simulasi
4.    Model Instructional Games
       Instructional games merupakan salah satu bentuk metode dalam pembelajaran computer. Tujuan instructional games adalah menyediakan bentuk pengalaman belajar yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah pengetahuan siswa melalui bentuk permainan yang mendidik dan menumbuhkan motivasi belajar pada siswa.
a.       Karakteristik Instructional Games
Tahapan dalam pembuatan instructional games yakni:
·      Tujuan, yaitu memiliki tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
·      Aturan, yaitu penetapan tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh pemain.
·      Kompetisi, seperti menyerang lawan dan sebagainya.
·      Tantangan.
·      Khayalan, permainan sering bergantung pada pengembangan imanjinasi untuk memberikan motivasi kepada pemain.
·      Keamanan, permainan menyediakan jalan yang aman untuk menghadapi bahaya nyata.
·      Hiburan, permainan dalam pembelajaran berperan sebagai penghibur dan menumbuhkan motivasi.
b.      Komponen Instructional Games
·      Pendahuluan
Meliputi: judul, tujuan, aturan, petunjuk bermain, dan pilihan bermain.
·      Bentuk instructional games
Meliputi: scenario, tingkatan permainan, pelaku permainan, aturan permainan, tantangan dalam pencapaian tujuan, rasa ingin tahu, kompetisi positif, hubungan bermakna antar pemain dan pembelajaran, kemampuan melawan kesempatan, menang atau kalah, pilihan permainan, alur yang harus dilakukan, pergantian, tipe kegiatan, dan interaksi dalam permainan.
·      Penutup
Meliputi: memberi tahu pemenang dan memberikan penghargaan.

10.  Model Pembelajaran PAKEM (Parsipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangnkan)
a.       Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam model pembelajaran PAKEM ini, guru dituntun untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efekstif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan karya, gagasan, ide atas hasil penemuannya dari usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
1.      Pembelajaran Parsipatif
        Pembelajaran parsipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Tugas guru disini hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam kegiatan pembelajarannya.
2.      Pembelajaran Aktif
        Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahan dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
3.      Pembelajaran Kreatif
        Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan memakai berbagai metode dan strategi yang bervariasi.
4.      Pembelajaran Efektif
        Pembelajaran efektif dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Menurut Kenneth D. More, ada tujuh langkah dalam mengimplementasikan pembelajaran efektif, yakni: (1) perencanaan. (2) perumusan tujuan/kompetensi, (3) pemaparan perencanaan pembelajaran kepada siswa, (4) proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, (5) evaluasi, (6) penutup, dan (7) tindak lanjut.
5.      Pembelajaran Menyenangkan
        Pembelajaran menyenangkan merupakan proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang sangat kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Terdapat empat aspek yang mempengaruhi PAKEM, yaitu:
·      Pengalaman
Pengalaman yang diajarkan bersifat mandiri, seperti eksperimen, pengamatan, wawancara, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara.
·      Komunikasi
Komunikasi dapat dilakukan dengan mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja.
·      Interaksi
Interaksi dapat dilakukan dengan tanya jawan dan saling melempar pertanyaan.
·      Refleksi
Refleksi dapat dilakukan dengan memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar.

b.      Model-model Pembelajaran yang Mendukung Pembelajaran PAKEM
Menurut Udin S, Saud, terdapat tiga model pembelajaran yang biasa digunakan, yakni: (1) pembelajaran kuantum, (2) pembelajaran berbasis kompetensi, dan (3) pembelajaran kontekstual.

11.  Model Pembelajaran Web (e-learning)
       Pembelajaran berbasis web yang popular dengan sebutan Web-Based Education (WBE) atau kadang disebut e-learning.
a.       Implementasi Pembelajaran Berbasis Web
Model pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran konvensional tatap muka. Berikut adalah langkah-langkah dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web.
1.      Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelaran di lingkungan kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap.
2.      Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan.
b.      Interaksi Tatap Muka dan Virtual
Berikut adalah tiga alasan mengapa forum tatap muka masih dilakukan diantaranya adalah:
1.      Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yang akan dilalui bersama secara langsung semua peserta didik,
2.      Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta didik,
3.      Perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam menggunakan computer yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada setiap peserta didik.
Dengan adanya teknologi internet (TI) dalam bidang pendidikan akan membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Adanya jaringan TI akan memudahkan seseorang dalam berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
c.         Pemanfaatan Internet sebagai Media Pembelajaran
Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Imstitute Technology) pada Agustus 1962. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.
1.      Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2.      Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3.      Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4.      Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5.      Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6.      Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut menyukseskan proses pembelajaran dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.
d.        Penggunaan Internet dalam Pembelajaran
Berikut adalah hal-hal yang dapat difasilitasi oleh internet.
1.      Discovery (penemuan), meliputi browsing dan pencarian informasi-informasi tertentu.
2.      Communication (komunikasi), internet menyediakan jaringan komunikasi dengan cepat dan murah berupa pesan-pesan.
3.      Collaboration  (kolaborasi).
e.         Internet Sebagai Sumber Belajar
Berikut adalah hal-hal yang dapat kita lakukan dengan menggunakan internet.
1.      Penelusuran dan pencarian bahan pustaka.
2.      Membangun program artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuah rencana pembelajaran.
3.      Memberi kemudahan untuk mengakses virtual classroom ataupun virtual university.
4.      Pemasaran dan promosi hasil karya penelitian.
f.         Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran
Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan rangakaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Berikut adalah karakteristik e-learning.
1.      Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, sehingga guru dan siswa dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
2.      Memanfaatkan keunggulan komputer.
3.      Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa di manapun apabila yang bersangkutan memerlukannya.
4.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat di lihat pada komputer.
Untuk merancang e-learning yang menarik dan diminati, Onno W, Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi yakni: sederhana, personal, dan cepat.
g.        Teknologi Pendukung e-Learning
       Dalam pembelajaran sehari-hari teknologi sering dijumpai yakni audio/data, video/data, video/audio. Teknologi ini sering dipakai pada pendidikan jarak jauh yang dimaksudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi keunggulan  dalam bidang e-learning ini. Menurut Onno W. Purba (1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (ITC), dan World Wide Web (WWW)”.
       Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning yaitu:
1.      E-learning bersifat jaringan.
2.      E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui computer dengan menggunakan standar teknologi internet.
3.      E-learning berfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas.
h.        Pengembangan Model e-Learning
Pendapat Haughey (Rusman, 2007) tentang pengembangan e-learning ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet diantaranya sebagai berikut.
1.      Web course, yaitu penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang mana mahasiswa dan dosen sepenuhya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Model ini menggunakan sistem jarak jauh.
2.      Web centric, yaitu penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka. Sebagian materi disampaikan langsung dan sebagaian lagi melalui internet. Fungsinya untuk melengkapi.
3.      Web enchanced, yaitu pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.
i.          Kelebihan dan Kekurangan e-Learning
Berikut adalah kelebihan e-learning.
1.      Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet.
2.      Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet.
3.      Peserta didik dapat belajar atau me-riview bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja mengingat bahan ajar tersebut disimpan di computer.
4.      Peserta didik dapat dengan mudah mengakses tambahan informasi yang diperlukan di internet.
5.      Peserta didik dan pendidik dapat melakukan diskusi baik secara individu maupun kelompok dalam internet.
6.      Peserta didik akan lebih meningkatkan perannya dari yang pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7.      Internet dapat memberikan efesiensi waktu bagi para peserta didik yang rumahnya jauh dari sekolah untuk dapat berkomunikasi dengan pendidik.

Berikut adalah kekurangan dari internet (Bullen, 2001, Beam, 1997).
1.      Kurangnya interaksi antara peserta didik dan pendidik bahkan interaksi peserta didik dengan peserta didik sekalipun.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3.      Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.      Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, menjadi mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium computer.
5.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet.
8.      Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.

12.  Model Pembelajaran Mandiri
a.       Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri
       Menurut Wedemcyer (1983), peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan guru/pendidik di kelas. Selain itu, peserta didik juga mempunyai otonomi dalam belajar. Otonomi tersebut dapat diwujudkan dalam beberapa kebebasan yakni:
1.      Peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya.
2.      Peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya.
3.      Peserta didik mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.
4.      Peserta didik dapat ikut serta dalam menentukan cara evaluasi yang akan digunakan untuk dirinya dalam menilai kemampuan belajarnya.
       Sejalan dengan Wedermeyer, Moore (1983) berpendapat bahwa ciri utama suatu proses pembelajaran mandiri ialah adanya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi belajarnya.
       Sedangkan Candy PC dan kawan-kawan menyatakan, motivasi dan keterampilan pembelajaran sepanjang hayat hanya dapat dicapai melalui tiga tahap, yaitu: 1) tahap dasar, terjadi sampai umur 16 tahun, 2) tahap pembentukan, terjadi pada usia 14 sampai 21 tahun, dan 3) tahap lanjutan, terjadi setelah umur 18 tahun.
       Sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat:
1.      Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
2.      Mengetahui konsep belajar mandiri.
3.      Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau dukungan.
4.      Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh bantuan/dukungan.

b.      Tingkat Kemandirian Peserta Didik dalam Kegiatan Pembelajaran
Berikut adalah tingkat kemandirian dalam berbagai program pembelajaran yang diutaran oleh Moore (dalam Keegan, 1983), yakni: 1) program pembelajaran paling tinggi tingkat kemandiriannya yaitu Private Study atau Program Belajar Sendiri, 2) orang yang mempelajari keterampilan di bidang olah raga, 3) kursus dan evaluasi yang dikontrol peserta didik (Learner controls course and evaluation), 4) belajar mengendarai mobil, 5) evaluasi yang dikontrol peserta didik (Learner controls evaluation), 6) kuliah mandiri (Independent Courses), dan 7) belajar bebas dalam mendapatkan kredit. (Independent study for credit).
·           Kemandirian Peserta Didik
1.    Program pembelajaran yang jarak transaksinya jauh atau tidak memberi peluang adanya komunikasi, interaksi, atau dialog antar guru dan peserta didiknya (misalnya program pembelajaran melalui TV), tidak memberi kemandirian dalam menentukan tujuan dan isi pelajaran. Semua diatur oleh guru. Namun, pembelajaran seperti ini menuntuk kemandirian siswa yang tinggi dalam cara belajarnya. Siswa dituntut untuk berinisiatif sendiri dalam mencatat bagian-bagian yang menurut dia penting. Siswa juga dapat mnegambil keputusan akankah dia lanjut belajar atau tidak. Siswa harus memiliki inisiatif sendiri mengenai pengambilan keputusan yang akan dia lakukan, termasuk beberapa pertanyaan yang belum ia pahami, ia harus menanyakan bagian yang tidak diketahuinya kepada orang yang dianggap mengetahuinya. Dnegan kata lain siswa harus bisa membuat pertimbangan mengambil keputusan dalam menyusun strategi, cara, atau model belajar yang akan digunakan untuk memahami isi dari pelajaran tersebut.
Sebaliknya, program pembelajaran yang jarak transaksinya kecil (misal belajar melalui internet atau belajar melalui audio atau video conference) yang memberi peluang besar untuk terjadinya komunikasi, interaksi, peluang kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan, dan isi pelajarannya. Tuntutan kemandirian siswa dalam cara belajarnya cenderung menjadi relative kecil atau kurang. Peserta didik memperoleh tuntutan belajar melalui diolog denga guru. Karena itu peserta didik akan lebih mengandalkan penjelasan dari guru dan kurang berusaha dalam mengatasi permasalahnnya sendiri.
2.    Pada program pembelajaran yang terstruktur (misalnya buku teks, program TV, program audio), program pembelajarannya sudah pasti dan tidak bisa diubah mengikuti kebutuhan individu setiap siswa. Jadi, ditinjau dari batasan Moore (1983), dalam program yang terstruktur, siswa tidak mandiri atau otonom dalam menentukan tujuan da nisi pelajaran. Sebaliknya, dalam pembelajaran yang kurang terstruktur (misal sekolah korespondensi, belajar melalui internet), program pembelajarannya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam program pembelajaran ini, siswa mempunyai kemandiriam taua otonom dalma menentukan tujuan dan isi pelajaran,
·           Kemandirian Peserta Didik dan Keberhasilan Belajar
Dalam batasannya, Moore (dalam Keegan, 1991) mengatakan bahwa: “Kemandirian belajar peserta didik adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan, dan pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya”.
1.      Karakteristik peserta didik yang mandiri.
a.       Sudah mengetahui dengan pasti apa yang imgin dia capai dalam kegiatan belajarnya.
b.      Sudah dapat memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui ke mana dia dapat menemukan bahan-bahan belajar yang diinginkan.
c.       Sudah dapat meningkatkan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaannya atau untuk memecahkan permasalahan yang dijumpainya dalam kehidupannya.
2.      Karekteristik siswa yang kurang mandiri.
a.       Lebih menyukai program pembelajaran yang sudah terstruktur.
b.      Lebih suka mengikuti program pembelajaran yang bahan belajarnya telah ditentukan dengan jelas dan cara belajarnya juga telah ditemukan dengan jelas.
c.       Belum dapat menilai kemampuannya sendiri, karena lebih menyukai program pembelajaran dengan kriteria yang mempunyai keberhasilan yang jelas.
e. Belajar Mandiri dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Wedemeyer (1983) mempunyai gagasan bahwa untuk mengatasi persoalan jarak dalam sistem pendidikan terbuka jarak jauh diciptakan sistem pembelajaran yang memerhatikan beberapa aspek, yakni; 1) peserta didik belajar terpisah dari guru, 2) isi pelajaran disampaikan melalui tulisan atau media lainnya, 3) pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan individual dan proses belajar melalui kegiatan peserta didik, 4) belajar dapat dilakukan di tempat yang dianggap sesuai untuk pesera didik di lingkungannya sendri, dan 5) peserta didik bertanggung jawab atas kemajuan belajarnya, mempunyai kebebasan dalam menentukan waktu, dan kecepatan belajarnya.

f.       Model-model Pembelajaran Mandiri
1.      Model SAVI
Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal model SAVI, yaitu Somatis (belajar dengan bergerak), Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), Visual (belajar mengamati dan menggambarkan), dan Intektual (belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan). Berikut adalah siklus dalam pembelajaran model SAVI ada empap tahap.
a.       Tahap persiapan. Tujuannya adalah menimbulkan minat para pembelajar, dan memberikan motivasi positif bagi pembelajar.
b.      Tahap penyampaian. Tujuannya adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik.
c.       Tahap pelatihan. Tujuannya adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dari berbagai cara.
d.      Tahap penampilan hasil. Tujuannya adalah untuk membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan lebih melekat.
2.      Model MASTER
Rose dan Nicholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan M-A-S-T-E-R, yaitu para pembelajar mulai menyadari bahwa belajar bukan hanya kewajiban mereka saja. Model ini meliputi: Mind, artinya mendapatkan keadaan pikiran yang benar dengan menjelaskan kepada pembelajar tentang kerja otak dan gaya belajar dengan cara melibatkan berbagai hal. Acquire, artinya memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan inti. Search Out, artinya mencari makna melalui pembimbingan kepada pembelajar. Trigger, artinya memicu memori. Exhibit, artinya memamerkan apa yang diketahui melalui teknik tantanglah persaingan, penilaian personal, catatan prestasi, dan nilai. Reflect, artinya merefleksikan belajar.
Berikut adalah gagasan pembelajaran yang ideal untuk abad ke-21, yaitu: 1) komitmen belajar, 2) memberikan perhatian sungguh pada pendidikan prasekolah, 3) kekuatan orang tua paling utama, 4) menggunakan teknologi baru, 5) memperbaiki kondisi guru dan dosen, 6) mengoperasikan sekolah berbasiskan otak, 7) melibatkan anggota masyarakat, 8) memoderisasikan kurikulum, dan 9) mengubah sistem ujian.
g.        Bahan Belajar Mandiri
1.      Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.
2.      Bahan pembelajaran berprogram, yaitu paket program pembelajaran individual, hampir sama dengan modul.
3.      Digital content berbasis web, yaitu bahan pembelajaran online dalam bentuk pembelajaran individual yang dapat diakses oleh siswa.

13.  Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa
a.    Pengertian Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa
Menurut Sanjaya (2008:127) “Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat sangat umum.” Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatran merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau objek kajian.Sedangkan model-model pembelajaran yang mengaktifkan siswa biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori belajar.
Joyce & Weil (1980) mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokan sebagai berikut: 1) model interaksi sosial, yaitu siswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, 2) model pemrosesan informasi, yaitu menuntut siswa untuk aktif dalam memilih dan mengembangkan materi yang akan dipelajarinya, 3) model personal, yaitu menuntut siswa untuk mampu mengeksplorasi, mengelaborasi, dan mengaktualisasikan kemampuan dalam kegiatan pembelajaran, 4) model modifikasi tingkah laku, yaitu siswa harus mampu mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas belajar, pembentukan perilaku aktif dan memanipulasi lingkungan untuk kepentingan belajar.
b.    Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang dikemukakan oleh Killen, Roy dalam bukunya berjudul Effective Teaching Strategis (1998) mengemukakan sebagai berikut.
1.    Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered Approaches)
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini, guru menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Pendekatan ini berpusat pada guru, pembelajaran bersifat langsung (direct instruction), yaitu materi disampaikan langsung oleh guru melalui verba, symbol, atau ceramah dan siswa harus menguasai materi tersebut dengan cara mendengarkan pasif.
2.    Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (Student Centered Approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan pembelajaran yang menemuatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat modern. Pendekatan yang berorientasi pada siswa juga merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa, pembelajarannya tidak langsung (inquiry-discovery) dan siswa belajar dengan cara mencari dan menemukan sendiri melalui pengalaman langsung secara kontekstual, yaitu dengan mengeksplorasi dan mengelaborasi pengalaman belajarnya.  
c.    Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
1.    Landasan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
a.    Landasan Filosofis
Pandangan filsafat progresivisme pendidikan didasarkan pada enam asumsi, yaitu:
1)   Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat dan interest siswa, bukan dari disiplin-displin akademik.
2)   Pembelajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan interest, minat-minat serta kebutuhan-kebutuhan siswa secara menyeluruh dalam berbagai bidang domain.
3)   Pembelajaran hendaknya bersifat aktif.
4)   Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir secara rasioanal.
5)   Di sekolah para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga nilai-nilai sosial.
6)   Manusia berada dalam suatu keadaan yang dapat berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik dibandingkan dnegan masa kini.
b.    Landasan Psikologis
Menurut Sukmadinata (2003:32) dikemukakan bahwa: “Psikologi pendidikan dibutuhkan untuk lebih memahami situasi pendidikan, interaksi guru dengan siswa, kemampuan, perkembangan, karakteristik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku siswa dan perilaku guru, proses belajar, pengajaran, pembelajaran, bimbingan, evaluasi, pengukuran, dan lain-lain.”
Banyak aliran-aliran psikologi yang melahirkan teori-teori belajar, sebagaimana dijalskan Sukmadinata (2003:167) bahwa, “Secara garis besar dikeanl ada tiga rumpun besar teori psikologi yaitu: teori displin mental, behaviorisme, dan cognitive Gestalt-Field.
2.    Pengertian Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara penuh mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran.
3.    Asumsi yang mendasari PBAS
a.    Asumsi Filosofis tentang Pendidikan
Pendidikan bertugas mengembangkan seluruh potensi siswa. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual maupun kedewasaan moral.
b.    Asumsi tentang Siswa sebagai Subjek Pendidikan
Siswa sebagai subjek pendidikan yang sedang dalam tahap perkembangan. Asumsi ini memberikan gambaran bahwa siswa adalah subjek yang memiliki potensi sehingga proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengmbangkan potensi siswa.
c.    Asumsi tentang Guru
Guru bertanggung jawab menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
d.   Asumsi tentang guru
Peran guru dalam pembelajaran adalah bertanggung jawab atas trcapainya hasil belajar siswa. maka dari itu, guru dituntut untuk memiliki kemamuan profesional dalam mengajar, kode etik keguruan, berperan sebagai sumber belajar, mediator dan fasilitator belajar serta memimpin kegiatan blajar siswa. filosofi mengajar yang baik adalah bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi bagaimana mmbantu sisiwa supaya dapat belajar (learn how to learn).
e.    Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran
Proses belajar aan terjadi jika siswa berinteraksi dengan lingkungan yang dirancang dan dpesiapkan oleh guru. Pross itu akan lbih efektif bila menggunakan metode, strategi, pendekatan seta model pembelajaran yang tepat dan berdaya guna. Menurut Bruner, siswa dappat dimotivaasi untuk terlibat dalam pembelajaran dengan cara dibuatnya suatu rancangan tugas yang membuat siswa merasa saling memerlukan satu sama lainnya, sehingga mereka memiliki peran masing-masing.
4.    Peran Guru dalam Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pelaksanaan PBAS ini memposisikan guru dan sisa sebagai subjek belajar dalam kegiatan pembelajaran hanya saja berbeda peran dan tugasnya. Atinya, ativitas belajar siswa diciptakan dan dikondiskan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar siswa.
5.    Penerapan PBAS dalam Pembelajaran
Menurut sanjaya (2008:139) PBAS ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan belajar misalnya kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan praktik melakuka sesuatu. Semakin banyak ketrlibatan siswa dalam kegiatan pmbelajaran maka semakin menunjukan kadar PBAS dalam pembelajaran.
a.    Keterlibatan siswa dalam proses peencanaan meliputi:
1.    Perumusan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan tugas-tigas perkembangan siswa.
2.    Penyusunan rancangan pembelajaran, agar RPP yang dibuat oleh guru dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
3.    Memilih dan menentukan sumber belajar, caranya dengan memberi penugasan kepada siswa dan pembuatan makalah dalam kegiatan pembelajaran.
4.    Menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan, siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi kemampuannya sendiri melalui pengunaan media pembelajaran yang mereka sukai.
b.    Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, meliputi:
1.    Kegiatan fisik, mental dan intlektual
2.    Kegiatan ksperimental
3.    Keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kreatif
4.    Keterlbatan siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang ada
5.    Adanya interaksi multiarah, yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru.
c.    Keterlibatan siswa dalam proses evaluasi pembelajaran, meliputi:
1.    Mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan
2.    Melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugaas yang harus dikerjakan
3.    Menyusun laporan hasil belajar
6.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS
a.  Kemampuan Guru
Guru merupakan faktor utama dalam pembelajaran, meskipun pembelajaran tersebut Pembelajaran Berorientasi Pada Aktivitas Siswa (PBAS)
c.       Sarana dan Prasarana Belajar
Untuk mendukung Kegiatan PBAS ini memerlukan dukungan fasilitasatau sarana dan prasarana yang memadai, misalnya ruangan klas yang ideal dengan jumlah siswa dan tesedianya berbagai fasilitas media dan sumber belajar.
Lingkungan belajar
Selain sarana dan prasarana, keberhasilan PBAS perlu ditunjang oleh faktor lingkungan belajar yang kondusif agar terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan menantang.
E. mengaktifkan siswa melalui pendekatan dan model pembelajaran
Cara pelaksanaan agar mengaktifkan siswa adalah dengan berbagai metode, strategi, pendekatan dan model pembelajaran. Diantaranya adalah:
1.      Strategi pembentukan tim, misalnya bertukar tempat, resume kelompok, pencarian teaman sekelas dan sebagainya.
2.      Strategi penilaian sederhana, yaitu pertanyaan penilaian, pertanyaan yang dimiliki siswa, penilaian instan,sampel perwakilan dan lain-lain.
3.      Strategi pelibatan langsung, yaitu berbagi pengetahuan secara aktif, bertukar pendapat.
4.      Belajar dalam satu kelas penuh, pengajaran yang sinergis dan terarah
5.      Menstimulasi diskusi kelas
6.      Pengajuan pertanyaan
7.      Belajar bersama, yaitu mencari informas dalam kelompok belajar
8.      Pengajaran sesama siswa, bertukar kelompok, belajar ala permainan jigsaw
9.      Belajar secara mandiri, yaitu belajar sambil bertindak
10.   Belajar yang efektif, yaitu mengetahui yang sebenarnya
11.   Pengembangan keterampilan
12.   Penerapan model pembelajaran kooperatif (STAD, Jigsaw, GI, membuat pasangan, TGT, dan model struktural)
13.   Penerapan PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Lesson Study
Meliputi 3 bagian kegiatan, yaitu perencanaan, implementasi dan refleksi. Untuk melibatkan pihak luar, misalnya para ahli yang diperlukan (lesson study) bisa dilaksanakan dengan berbasiskan MGMP (bidang studi).
1.      Persiapan Lesson study
Dimulai dengan melakukn identifikasi masalahpembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran dan siapa yang akan berperan menjadi guru.
4.      Academic-ConstructiveControversy (AC)
Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pngmbangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antar pribadi, kesehatan psikis dan keselarasan.
5.      Jigsaw Procedures (JP)
Dalam pembelajaran ini anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda tentang suatu pokok bahasan.
6.      Model Student Team Achievment Division (STAD)
Fokusnya adalah keberhasilan seseorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok maupun sebaliknya, keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa.
7.      Complex Instruction (CI)
Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua angota kelompok terhadap pokok bahasan.
8.      Team Accelerated instruction (TAI)
Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individu. Setiap tugas yang diberikan disusun berdasarkan tingkat kesukara. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individu maupun kelompok.
9.      Cooperative learning Structures (CLS)
Dalam pembelajaran ini siswa dibentuk berpasangan, ada yang bertinak sebagai tutor (yang mengajukan pertanyaan) dan sebagai tutte (yang menjawab pertanyaan). Setelah waktu yang ditentukan, siswa berganti peran dengan pasangannya.
10.   Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Model pembelajaran ini menekanan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa.
2.)    Media Pembelajaran
A.    Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( Wasaa’il ) atau atau pengantar pesan dari pengirim keppada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis , photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
AECT ( Association of Education and Communication Technology, 1997 ) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak uatama dalam proses belajar-siswa dan isi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas tentang pengertian media itu sendiri.Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
B.     Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh –pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membatu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Levie & Lentz ( 1982 ) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.

(a)    Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarah perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar , khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat memenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan menginat isi pembelajaran semakin besar.

(b)     Fungsi Afektif  media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan sisiwa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual data menggugah emosi dan sikap siswa.

(c)    Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Semakina banyak siswa dihadapkan pada objek-objek akan semakin banyak ula pemikiran dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas alam pikiran kognitifnya.

(d)   Fungsi Kopensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingat kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomondasikan siswa yang lemah dan lamat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

C.     Penggunaan Media
Salah satu ciri medida pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi, yang terpenting adalah media itu disiapkan guna memenuhi kebutuhan belajar siswa dan kemampuan sisiwa serta siswa data berpartisipasi dalam proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, erlu dirancang dan dikembangkan lingkungan embelajaran yang interaktif yang dapat memenuhi kebutuhan belajar perorangan dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin terjadinya pembelajaran.
Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip penggunaan dan pengembangan media ppembelajaran. Media pembelajaran yang akan dibahas tersebut akan mengikuti taksonomi Leshin, dkk (1992) yaitu media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio-visual dan media berbasis komputer.
1.      Media Berbasis Manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Salah satu contoh yang terkenal adalah gaya tutorial Socrates.
Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala Socrates. Rancangan pembelajaran yang berpusat pada masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar. Langkah-langkah rancangan jenis pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a)      Merumuskan masalah yang relevan,
b)      Mengidentifikasi pengetahuan dan ketermpilan yang terkait untuk memecahkan masalah. Gunakan buku teks dan ceramah sebagai sumber untuk menyajikan pengetahuan,
c)      Ajarkan mengapa pengetahuan itu penting dan bagaimana pengetahuan itu dapay diterapkan untuk pemecahan masalah,
d)     Tuntun eksplorasi siswa. Sebagai seorang instruktur untuk pelajaran pemecahan masalah, perannya adalah:
ü  Membiarkan eksplorasi siswa tak terintangi, partisipasi aktif, dan bertanya,
ü  Membantu siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan terdahulu,
ü  Membantu siswa membentuk dan menginternalisasi representasi masalah atau tugas,
ü  Membantu siswa mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan pengalaman yang lalu yang berisikan maslah yang serua. Jaga agar pada awalnya analogi ini sederhana,
ü  Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur pemecahan masalah,
ü  Gunakan representasi grafik masalah itu yang dihubungkan dengan uraian verbal.
e)      Kembangkan masalah dalam konteks yang beragam dengan tahap tingkatan kerumitan,
f)       Nilai pengetahuan siswa dengan memberikan masalah baru untuk dipecahkan.
 Meskipun ada hakikatnya ppelajaran yang berpusat pada masalah sejalan dengan teknik pertannyaan ala Socrates (karena pelajaran berpusat pada masalah dimulai dengan mengajukan pertanyaan), teknik pertanyaan lain dapat digunakan untuk menggugah ikiran siswa dan mendorongnya untuk berpikir. Pertanyaan dapat diajukan bukan hanya dari guru tetapi dapat juga dari siswa, yang terpenting adalahmemberikan kesempatan kepada siswa agar pikirannyadapat berkembang melalui penyelidikan kognituf. Penekanan teknikbertanya ala Socrates adalan penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui menggunakan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
Langkah-langkah teknik pembelajaran Socrates adalah sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi pertanyaan heuristik  yang meminta siswa berbagi , menganalisis, mengevaluasi, dan mensistensis pekerjaan/ tugas mereka, misalnya:
ü  Bagaimana cara mengubah sikap nekatif personalia di jurusan kita?
ü  Bagaimana tim pekerjaan mandiri dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar?
ü  Mengapa jarang sekali siswa bercita-cita untuk berprofesi di bidang pendidikan atau keguruan?
b.      Pelajaran mungkin bisa dimulai dengan diskusi dalam kelompok besar sebagai pembahasan eksplorasi. Kemudian dapat dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendalami isu dan gagasan-gagasan yang muncul pada pembahasan kelompok besar.
c.       Menentukan apakah siswa harus belajar atau bekerja bersama-sama dalam kelompok, perorangan, seorang demi seorang , atau secara bebas.
Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam proses belajar maka kesempatan interaksi semakin terbuka lebar. Pelajaran interaktif yang terstruktur dengan baik bukan hanya lebih menarik tetapi juga memberikan kesempatan untuk percobaan mental dan pemecahan masalah yang kreatif. Di samping itu, pelajaran interaktif mendoring partisipasi siswa dan jika digunakan dengan baik dapat mempertinggi hasil belajar dan pengalihan pengetahuan. Sebagai penuntun untuk mengembangkan  pembelajaran yang interaktif dikemukakan langkah-langkah berikut:
a.       Mengidentifikasi pokok bahasan pembelajaran,
b.      Mengembangkan sajian pembelajaran yang mencakup semua informasi yang diharapkan siswa harus kuasai,
c.       Membaca atau mengamati keseluruhan penyajian dan menentukan di mana dialog-dialog interaktif dapat digabung dan disisipkan,
d.      Menetapkan jenis informasi yang diinginkan dari siswa, kembangkan pertanyaan atau strategi lain yang memerlukan keikutsertakan siswa menganalisis, mensitesis, mengevaluasi, atau membuat keputuasan.
e.       Menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan dengan kegiatan interaktif.
f.       Menentukan butir-butir diskusi penting; butir-butir penting ini dapat disajikan setelah melibatkan siswa dalam diskusi ataupun kegiatan strategis lainnya.
Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai enarik perhatian adalah: (a) memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang relevan dengan siswa-bagaimana siswa akan menggunakan atau menerapkan informasi baru ini, (b) menginformasikan kepada siswa aa yang diharapkan mereka dapat kerjakan,  (c) memulai dengan mengajukan pertanyaan atau mengajuakan masalah yang memusatkan perhatian terhadap informasiyang harus dipelajari oleh siswa.
Pembelajaran interaktif dapat diralisasikan dalam beberapa bentuk. Berikut ini dikemukakan  beberapa jenis pembelajaran interaktif :
a.       Pembelajaran partisipatori, yaitu jenis pembelajaran yang pada awal pembelajaran diawali dengan sesi curah pendapat dari semua siswa. Guru kemudian mengklompokan , mengevaluasi, membahashasil curah pendapat itu bersama dengan siswa.
b.      Pembelajaran main peran, dimulai dengan main peran yang diberi tahapan dengan pelaku yang terdiri atas siswa yang sukarela. Setelah bermain peran, butir-butir informasi penting dibahas dan akhirnya disimpulkan.
c.       Pembelajaran kuis tim, dimulai dengan mengemukakan bahwa akan ada kuis  pada akhir pelajaran. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang bersaing mengumpulkan angka berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Teknik bukan saja meriah tetapi juga membantu menarik perhatian siswa. Siswa akan lebih berkonsentrasi ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan ditanya, dan mereka berusaha untuk yang terbaik bagi timnya.
d.      Pembelajaran kooperatif, menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk saling mengajar pengetahuan atau keterampilan khusus. Secara konseptual,  siswa akan belajar lebih baik dan lebih banyak jika mereka harus atau bertanggung jawab untuk mengajarkan pesan atau informasi kepada yang lainnya.
e.       Debat terstruktur, amat bermanfaat apabila ada butir-butir informasi penting atau pandangan yang berlawanan. Pertama-tama isu diuraikan kepada siswa. Siswa kemudian ditujuk atau memilih posisi pada pandangan mereka sendiri. Setiap tim mempersiapkan butir-butir yang mendukung ppandangan yang dibelanya. Kemudian tim bergantian menyajikan posisi dan dukungan argumentasi timnya. Kegiatan ini diikuti dengan pembahasan oleh guru mengenai isu yang diperdebatkan.
f.       Pembelajaran 99 detik, merupakan rancangan pembelajaran yang membantu siswa memproses informasi dengan membantu siswa mengorganisasikan secara singkat informasi ke dalam penyajian yang tidak lebih dari 99 detik. Organisasi ringkas tersebut memuat butir-butir penting keseluruhan informasi.

2.      Media Berbasis Cetakan
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
 Konsistensi
a.       Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf.
b.      Usahakan untuk konsistensi dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karena itu tidak memerlukan  perhatian sungguh-sungguh.
Format
a.       Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai; sebaliknya, jika paragraph tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.
b.      Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.
c.       Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.
Organisasi
a.       Upayakan untuk selalu menginformasikan siswa/pembaca mengenai di mana  mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca. Jika memungkinkan siapakan piranti yang memberikan orientasi kepaada siswa tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan.
b.      Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.
c.       Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.
Daya Tarik
Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus.
Ukuran Huruf
a.       Pilihlah ukuran yang sesuai dengan siswa, pesan dan lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam oint per inci. Misalnya, ukuran 24 poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks ataubuku penuntun) adalah 12 poin.
b.      Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit.
Ruang (spasi) Kosong
a.       Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan siswa/pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk:
1.      Ruangan sekitar judul,
a.       Batas tepi, batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa/pembaca untuk masuk ke tengah-tengah halaman,
2.      Spasi antar-kolom; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di antaranya,
3.      Permulaan paragraf diidentasi,
4.      Penyesuaian spasi antar baris atau antar paragraph,
5.      Sesuaikan spasi antarbaris untuk meningkatkan tampilan dan tingkatan keterbacaan,
6.      Tambahkan spasi antarparagraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan.
Pembelajaran berbasis teks yang interaktif mulai popular pada tahun 1960-an dengan istilah pembelajaran terprogram (programmed instruction) yang merupakan materi untuk belajar mandiri. Dengan format ini, pada setiap unit kecil informasi disajikan dan respons siswa diminta baik dengan cara menjawab pertanyaan atau berpartisipasi dalam kegiatan latihan. Jawaban yang benar diberikan setelah siswa  menjawab.
Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatiann pada media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah. Selanjutnyaa, huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak. Penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin  dihindari karena membuat kata itu sulit dibaca.
3.      Media Berbasis Visual
Media berbasis visual ( image atau perumpamaaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman ( misalnya melalui elaborasi  struktur dan organisasi ) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk menyakinkan terjadinya proses informasi.
Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti gamabar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi; (c) peta yang menunjukan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti table, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka.
4.      Media Berbasis Audio-Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian.
Naskah menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesis ke dalam apa yang ingin ditunjukan dan dikatakan. Narasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana video menggambarakan atau visualisasi materi pelajaran. Hal ini diikuti dengan jalinan logis keseluruhan program yang dapat membangun rasa berkelanjut sambung- menyambung dan kemudian menuntun  progam kepada kesimpulan atau rangkuman. Kontinuitas program dapat dikembangkan melalui penggunaan cerita atau permasalahan yang memerlukan pemecahan.

5.      Media Berbasis Komputer
Dewasa ini computer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manager dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction  (CMI). Ada pula peran computer sebagai pembantu tambahan dalam belajar ;pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media komputer.
Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses intruksional sebagai berukut:
a)      Merencanakan, mengatur dan mengorganisasikan dan menjadwalkan pengajaran;
b)      Mengevaluasi siswa (tes)
c)      Mengumpulkan data mengenai siswa;
d)     Melakukan analisis statistic mengenai data pembelajaran;
e)      Membuat catatan perkembangan pemebelajaran (kelompok atau perseorangan).
Format penyajian dan informasi dalam CAI terdiri atas sebagai berikut:
a)      Tutorial terprogram, adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu diprogramkan. Secara berurut, seperangkat kecil informasi ditayangkan yang diikuti dengan pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh komputer (dibandingkan dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah deprogram oleh guru/perancang), dan berdasarkan hasil analisis itu umpan balik yang sesuai. Urutan linear dan urutan bercabang digunakan. Penetapan kapan bercabang dimaksudkan untuk penyajian materi pelajaran tambahan berdasarkan hasil analisis perkembangan siswa setelah menyelesaikan beberapa latihan dan tugas. Semakin banyak alternative cabang yang tersedia, semakin luwes program tersebut menyesuaikan dengan individual siswa. Media tambahan lain biasanya digabungkan untuk format tutorial terprogram, seperti tugas-tugas bacaan berbasis cetak, kegiatan kelompok, percobaan laboratorium, kegiatan latihan, simulasi, dan interaktif dengan videodisc. Manfaat tutorial terprogram akan tampak jika menggunakan kemampuan teknologi computer untuk bercabang dan interaktif.
b)      Tutorial intelijen, berbeda dari tutorial terprogram karena jawaban komputer terhadap pertanyaan siswa dihasilkan oleh intelegensia artifisial, bukan jawaban –jawaban yang terprogram yang terlebih  dahulu disiapkan oleh perancang pelajaran. Dengan demikian , ada dialog dari waktu ke waktu antara siswa dan kom data bertanya atauuputer. Baik siswa maupun komputer.
c)      Drill and practice, digunakan dengan asumsi bahwa suatu konsep, aturan atau kaidah, atau prosedur telah diajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan serangkaian contoh untuk meningkatkan kemahiran menggunakan keterampilan.
d)     Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajara secara dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi,  pekerjaan yang kompleks dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata.

Disamping prinsip-prinsip media berbasis cetak, prinsip rancangan layar perlu mendapat perhatian untuk penggembangan media berbasis komputer. Berikut adalah beberapa petunjuk untuk pewajahan teks media berbasis komputer:
a.       Layar atau monitor komputer bukanlah halaman, tetapi penayangan yang dinamis yang bergerak berubah dengan perlahan-lahan
b.      Layar tidak boleh terlalu padat-bagi dalam beberapa tayangan, atau mulailah dengan sederhana dan pelan-pelan, dan tambahkan hingga mencapai tahapan kompleksitas yang diinginkan.
c.       Pilihlah jenis huruf normal, tak berhias-gunakan huruf kapital dan huruf kecil, tidak menggunakan huruf kapital semua.
d.      Gunakan antara tujuh sampai sepuluh kata per baris karena lebih mudah membaca kalimat pendek dari pada kalimat panjang.
e.       Tidak memenggal kata pada akhir baris, tidak memulai paragraph pada baris terakhir dalam satu layar tayangan, tidak mengakhiri paragraph pada baris pertama layar tayangan, dan meluruskan baris kalimat pada sebelah kiri;namun, di sebelah kanan lebih baik tidak lurus karena lebih mudah membacanya.
f.       Jarak dua spasi disarankan untuk tingkat keterbacaan yang lebih baik.
g.      Pilih karakter huruf tertentu untuk judul dan kata kunci, misalnya:
-          Cetak tebak
-          Garis bawah
-          Cetak miring
h.      Teks diberi kotak apabila teks itu berada bersama-sama dengan grafik atau representasi visual lainnya pada layar tayangan yang sama.
i.        Konsisten dengan gaya dan format yang dipilih.

6.      Pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar
Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan. Bahkan unit-unit perpustakaan keliling ( mobile library) dari dapertemen pendidikan dan kebudayaan tersedia di kota-kota besar guna melayani kebutuhan para pelajar.
Perpustakaan merupakan pusat sarana akademis. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku, majalah, jurnal ilmiah, peta, surat kabar, karya-karyailmiah berupa monograf yang belum diterbitkan, serta bahan-bahan non cetakan seperti mikro-fish, mikro-film, foto-foto, film, kaset audio/video, lagu-lagu dalam piringan hitam atau DVD atau falshdisk, rekaman documenter dan lain-lain. Oleh karena itu, perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya untuk memeproleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademis maupun untuk rekreasi. Bahan-bahan yang tersedia itu dapat dikelompokan ke dalam jenis (1) referensi, (2) reserve, (3) pinjaman.

1.)    Evaluasi Pembelajaran
1.      Konsep dasar evaluasi
a.       Arti Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran
Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan bagi guru dalam memperbaiki dan menympurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Ada beberapa istilah yang sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi, yaitu tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Secara konsepsional istilah-istilah tersbut berbeda satu sama lain, tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat. Istilah “tes” berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi dan slanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan  mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Gilbert Sax (1980) mengemukakan “ a test may be de fined as a task or series of task used to obtain systematic observations presumed to be representative of education or psychological traits or at tributes”. Dalam pengertian ini, Sax lebih menekankan tes sebagai suatu tugas atau rangkaian tugas.
Sementara itu, S. Hamid Hasan (1998) menjelaskan “tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Selanjutnya, Cony Setiawan S. (1986) mengemukan tes adalah” … alat pengukur untuk menetapkan apakah berbagai faset dari kesan yang kita perkirakan dari seseorang adalah benar merupakan fakta, juga adalah mungkin”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa ada pada hakikatnya tes adalah auatu alat yang berisi suatu alat yang berisi serangkaian tugas  yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah sebagai alat ukur dengan aspek erilaku yang hendak diukur adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Ahmann dan Glock dalam S. Hamid Hasan (1988) menjelaskan “in the last analysis measurement is only a pasrt, although a very substansial part of evaluation. It provides information upon which an evaluation can be based … Educational measurement is the process that attemps to obtain a quantified represantion of the degree to which a trait is possessed by a pupil”.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pengukuran yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non-tes).
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Depikbud (1994) mengemukakan “penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.
Gronlund mengartikan “Penilaian adalah susatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.”

b.      Prinsip-prinsip Umum Evaluasi
1.      Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental. Maksudnya hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus dihubungkan dengan hasil pada waktu sebelumnya, sehingga diperoleh gambaran tentang perkembangan peserta didik.
2.      Komprehensif
Maksudnya, dalam mengevaluasi suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi.
3.      Adil dan Objektif
4.      Kooperatif
Dalam evaluasi, guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak.
5.      Praktis
Yang berarti mudah digunakan baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain, yang akan menggunakan alat tersebut. 

c.       Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
1.      Evaluasi perencanaan dan pengembangan
Dalam evaluasi ini sasarannya utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat menunjukkan kemungkinan implementasi program dan tercapainya keberhasilan program pembelajaran.
2.      Evaluasi monitoring
Dimaksudkan untuk memeriksa apakah program pembelajaran mencapai sasaran secara efektif dan terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil evaluasi ini efektif untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber dan waktu pelaksanaan pembelajaran.
3.      Evaluasi dampak
Dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran. Dampak tersebut dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan program pembelajaran.
4.      Evaluasi efisiensi ekonomis
Dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi pelaksanaan program pembelajaran dan juga diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga, dan waktu yang diperlukan dalam suatu program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.
5.      Evaluasi program komprehensif
Dimaksudkan untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruhseperti perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program, tingkat keefektifan dan efisiensi.
            Dalam perspektif kurikulum, evaluasi sendiri dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu evaluasi reflektif, rencana, proses dan hasil (S. Hamid Hasan, 1988).
1.      Evaluasi reflektif
Adalah evaluasi yang mengkaji tentang ide yang dikembangkan dan dijadikan landasan bagi kurikulum.
2.      Evaluasi rencana
3.      Evaluasi proses
Disebut juga evaluasi implementasi kurikulum. Evaluasi ini lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap dimensi kurikulum sebagai kegiatan termasuk faktor yang mempengaruhinya, seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, saran dan prasarana, sistem supervise dan monitoring, lingkungan, dsb.
4.      Evaluasi hasil
Merupakan evaluasi kurikulum yang paling tua. Dalam evaluasi ini bukan hanya berkenaan dengan domain pengetahuan tetapi juga domain keterampilan san sikap.
            Penilaian proses dan hasil belajar dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
1.      Penilaian formatif
Penilaian yang dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan. Jadi, penilaian formatif adalah penilaian hasil belajar dari kesatuan-kesatuan kecil kecil materi pelajaran.
Tujuan utama dari penilaian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.dan adapun manfaat dari penilaian formatif tersebut adalah :
a)      Manfaat bagi guru
·         Guru mengetahui sejauh mana bahan pelajaran yang dikuasai oleh peserta didik.
·         Guru dapat memprakirakan hasil penilaian sumatif.
Penilaian sumatif sendiri adalah penilaian hasil belajar dari keseluruhan materi yang sudah disampaikan
b)      Manfaat bagi siswa
·         Dalam belajar berkelanjutan, peserta didik harus mengetahui susunan tingkat bahan pelajaran
·         Peserta didik akan mengetahui butir soal mana yang betul-betul dikuasai dan mana yang belum dikuasai.
2.      Penilaian sumatif
Penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan atau belum.
Tujuan penilaian ini adalah untuk mennetukan nilai berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Fungsi utama penilaian sumatif :
·         Untuk menentukan nilai akhir peserta didik dala periode tertentu
·         Untuk memberikan keterangan tentang kecakapan atau keterampilan peserta didik dalam periode tertentu
·         Untuk memprakirakan berhasil tidaknya peserta didik dalam pelajaran berikutnya yang lebih tinggi
3.      Penilaian penempatan
Penilaian yang dibuat sebagai pra tes yang dimana bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan sejauh mana peserta didik telah menguasai kompetensi dasar sebagaimana yang tercantum dalam silabus dan RPP.
4.      Penilaian diagnostik
Penilaian yang dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya. Penilaian ini memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi ppeserta didik. Soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan.



2.      Karakteristik, Model dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Mengingat begitu pentingnya suatu instrumen harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus menunjukkan karakteristik instrumen. Instrumen yang baik adalah dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik, proporsional

a.       Karakteristik Instrumen Evaluasi
1.      Valid, artinya benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
2.      Reliabel, artinya instrumen evaluasi memiliki hasil yang taat asas.
3.      Relevan, artinya instrument yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telat ditetapkan.
4.      Representatif, artinya materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang disampaikan.
5.      Praktis, artinya mudah digunakan. Jika instrumen suda memenhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari teknik penyusunan instrumen tetapi juga bagi oranglain yang ingin menggunakan instrument tersebut.
6.      Deskriminatif, artinya instrumen harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu instrumen, maka semakin mampu instrumen tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti.
7.      Spesifik, artinya instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8.      Proporsional, artinya suatu isntrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang sesuai antara mudah, sedang, sulit.

b.      Model-model Evaluasi
Adapun model-model evaluasi adalah sebagai berikut :
1.      Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yakni Tyler. Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Model Tyler ini disebut juga model black box karena sangat menekankan adanya tes awal dan tes akhir serta tidak memperhatikan proses yang ada di dalamnya.

2.      Model yang Berorientasi pada Tujuan
Model yang bertujuan membantu pendidik dalam merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dan kegiatan. Hasil evaluasi ini akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria program tertentu. Kelebihan dari model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program pembelajaran. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.

3.      Model Pengukuran
Model ini banyak mengemukakan pemikiran dari R. Thorndike dan R.L. Ebel. Model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran ini digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat tertentu yang dimiliki objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, hasil belajar, pembawaan, sikap, minat, bakat, dan aspek kepribadian peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta diidk, bimbingan dan perencanaan pendidikan. Instrument yang digunakan umumnya adalah tes tertulis dalam bentuk tes objektif yang dibakukan.


4.      Model Kesesuaian
Tokoh dalam model pembelajaran ini adalah Ralph W.Tyler, John B.Carrol dan Lee J.Cronbach. Model yang melihat keseuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai dan nanti hasilnya digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek dalam evaluasi ini adalah tingkah laku peserta didik (perubahan tingkah laku) pada akhir kegiatan pendidikan baik menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Jadi teknik evaluasi yang digunakan yaitu tes dan non-tes.

5.      Educational system Evalu Ation Model              
Tokoh model ini yaitu Daniel L. Stufflebean, Michael Scriven, Robert E. Stake, dan Malcolm M. Provus. Model ini membandingkan penampilan dari berbagai divisi dengan sejumlah kriteria, baik yang bersifat mutlak atau intern maupun relative atau ekstern serta menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan penggabungan dari berbagai model, seperti :
a.       Model Countenance dari Stake
b.      Model CIPP dan CDPP dari Stufflebean
c.       Model Sciven dari Scriven
d.      Model Provus dari Provus
e.       Model EPIC
f.       Model CEMREL
g.      Model Arkinson
6.      Model Alkin
Tokoh dari model ini yaitu Marvin Alkin (1969). Dimana model ini untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi. Sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih alternative. Alkin mengemukakan 5 jenis evaluasi, yaitu :
a.       Sistem assessment,
b.      Program planning
c.       Program implementation
d.      Program improvement
e.       Program certification

7.      Model Brinkerhoff
Tokoh model ini yaitu Robert O. Brinkerhoff (1987), mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen yang sama, yaitu :
a.       Fixed vs emergent Evaluation Design
b.      Formative vs Summative Evaluation
c.       Design eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiri

8.      Illuminative Model
Tokoh pada model ini yaitu, Malcolm Parlett dan Hamilton. Model ini menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka. Tujuan model evaluasi ini untuk mempelajari secara cermat dan hati-hati terhadapa pelaksanaan sistem pembelejaran, faktor yang mempengaruhi, kelebihan dan kekurangan sistem dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik. Hasil evaluasi ini bersifat deskriptif dan interpretasi. Objek evaluasi model ini mencakup latar belakang dan perkembangan sistem pembelajaran, proses pelaksanaan sistem pembelajaran, hasil belajar peserta didik, kesukaran yang dialami, efek dari sistem pembelajaran itu sendiri.
 
9.      Model Responsif
Model ini bertujuan untuk memahami semua komponen program pembelajaran melalui berbagai sudut pandang yang berbeda. Instrument yang digunakan adalah observasi langsung maupun tidak langsung. Langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal peserta didik, dan mengembangkan desain atau model. Kelebihan dari model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuan mengakomodasi pendapat yang ambisius sert tidak fokus. Kekurangannya adalah sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi, tidak memungkinkannya menampung semua sudut pandang dan membutuhkan waktu dan tenaga.


Selain itu ada 2 pendekatan evaluasi, antara lain :
1.      Pendekatan Tradisional
Pendekatan yang berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama di sekolah yang ditujukkan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik.
2.      Pendektan Sistem
Sistem sendiri adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan. Pendekatan ini lebih difokuskan pada komponen evaluasi yang meliputi komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses, komponen produk.
a)      Penilaian Acuan Patokan
Sering disebut juga dengan penilaian norma absolut. Jika ingin menggunakan penilaian ini guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak yang telah ditetapkan guru.
b)      Penilaian Acuan Norma
Beda antara PAP dan PAN adalah penggunaan tolak uur hasil atau skor sebagai pembanding. Pendekatan ni membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya.

3.      Pengembangan Instumen Evaluasi Jenis Tes dan Non-Tes
1.      Evaluasi Jenis Tes
Istilah “tes” berasal dai bahasa Prancis, yaitu “testum”, berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, sepeti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Dalam pekembangannya tes diadopsi dalam psikologi pendidikan. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai petanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas ynag harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.

A.    Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Tes dalam bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peseta didik untuk menguraikan, mengorgaanisasikan dan menyataan jawaban dengan kata-katanya sendiri. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru.
B.     Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektif atau tes diktomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Siapapun yang  mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang lainnya. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, seperi benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi jawaban singkat.
C.     Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri sesuai pertanyaan yang diberikan.
D.    Pengembangan Tes Perbuatan
Tes yang menuntut jawaban peserta didik mellaui perilaku, tindakan, atau perbuatan disebut tes perbuatan. Tes tindakan sebagai salah satu teknik evaluasi yang banyak digunakan dalam hampir setiap mata pelajaran. Tes tindakan dapat dilakukan secara berkelompok atau individual. Tes tindakan bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dapat diamati dan diukur sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik selanjutnya.
2.      Pengembangan Intrumen Evaluasi Jenis Non-Tes
Perubahan sikap dan perilaku pada peserta didik hanya dapat diukur dengan teknik non-tes.  Teknik non-tes dapat berupa wawancara, observasi, skala sikap, dan lain-lain.
a.       Observasi
Suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun di dalam situasi buatan untuk mencapat tujuan tertentu disesbut observasi. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Obsevasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik dan perilaku sosial lainnya.
b.       Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain (1) dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya (2) mempebaiki proses dan hasil belajar (3) pelaksanann wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal. Kelemahan waancara adalah (1) jika jumlah peserta didik cuku banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu (2) adakalanya terjadi wawanacara ynag  berlarut-larut tapa aah, sehingga data kurang memenuhi apa yang diharapkan.
c.       Skala Sikap
Kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu disebut skala sikap.
d.      Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang aka diamati. Manfaat pada daftar cek antara lain, membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder.
e.       Skala Penilaian
Jika daftar cek hanya menilai ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, maka pada skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.  Skala penilaian lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur.
f.       Angket
Angket merupakan alat evaluasi untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket dilaksanakan secara tertulis. Beberapa bentuk angket yaitu, angket berstruktur dan angket tak berstruktur.
g.      Studi Kasus
Sudi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbigan, dna penelitian. Studi kasus adalah studi yang mendalam dan koprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Data tersebut digunakan untuk membuat diagnosis tetang kasus tersebut dan prognosis yang mungkin dilakukan.
h.      Catatan Insidental
Catatan insidental adalah catatan-catatan singkat tentnag peristiwa-perisiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peseta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didik.
i.        Sosiometri
Suatu prosedu untuk meangkum , menyusun sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayannya serta hubungan diantara mereka disebur sosiometri.
j.        Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah jenis alat evaluasi dimana jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar-salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan jawaban yang sesungguhnya.  Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek  kepribadian yang biasanya dapat diketahui melalui inventori ii, seperti sikap, minat, sifat-sifat kepemimpinana, dan dominasi.
k.      Teknik Pemberian Penghargaan kepada Peserta Didik
Teknik ini dianggap penting karena dianggap respons dan tindakan positif dari peserta didik yang timbul sebagai akibat tindakan belajar, tetapi kurang mendapat ehatian dan tanggapan yang serius dari guru-guru. Pemberian penghargaan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran betujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi, semangat, dan kemudahan belajar, serta modifikasi tingkah laku peserta didik yang kurang positif menjadi tingkah laku yang produktif. Sehingga peserta didik menjad aktif dan roduktif belajarnya.

4.      Pemanfaatan Hasil Evaluasi
1.      Manfaat Hasil Evaluasi
Masih banyak guru yang belum atau kurang memahami pemanfaatan hasil evaluasi yang telah diperoleh. Sehingga hasil evaluasi banyak dimanfaatkan hanya untuk menentukan kenaikan kelas dan mengisi buku rapor. Untuk melihat pemandaatan hasil evaluasi, kita dapat meninjaunya dai berbagai pihak yang membutuhkan, yaitu :
A.    Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk :
a)      Membangkitkan minat dan motivasi belajar
b)      Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran
c)      Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik
d)     Membantu peseta didik dalam memilih metode belajar yang baik dan benar
e)      Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas
B.     Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan :
a)      Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan
b)      Mendiagnosis pesera didik yang memiliki kelemahan atau kekurangan, baik secara perseorangan maupun berkelompok
c)      Menentuka pengelompokan dan penenempatan peserta didik berdasar prestasi masing-masing
d)     Feedback  dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran
e)      Menyusun laporan kepada oang untuk menelaskan pertumbuhan ataupun pekembangan peserta didik
f)       Menentukan perlu atau tidaknya pembelajaan remedial
g)      Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan pembelajaran
C.    Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan :
a)      Mengetahui kemajuan belajar peserta didik
b)      Membimbing kegiatan belajar peserta didik
c)      Menentuka tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan peserta didik
d)     Memprakirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut dalam bidang pekerjaannya

D.      RANGKUMAN
Ø  Inovasi Pembelajaran
Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Pembelajaran ini harus dipahami dan dilandasi oleh filosofi dan pergeseran paradigma yang terkandung didalamnya.
                        Beberapa Inovasi dalam pembelajaran, yaitu :
1.      Inovasi Pembelajaran Kuantum
2.      Inovasi Pembelajaran Kompetensi
3.      Inovasi Pembelajaran Kontekstual

Ø  Model Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa dan keterkaitannya dengan bahan pembelajaran (model pembelajaran). Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang). Model-model berdasarkan teori belajar, meliputi interaksi social, model pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran modifikasi tingkah laku (behavioral). Dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , seorang guru harus memilih model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Terdapat beberapa model desain pembelajaran, antara lain:
a.       Model PSSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
b.      Model Glasser
c.       Model Gerlach dan Ely
d.      Model Jerold E. Kemp
Setelah guru memilih model desain pembelajaran, guru juga bisa menentukan model pembelajaran seperti apa yang akan digunakan. Model yang bisa digunakan antara lain,
a.       Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/TCL)
b.      Model Pembelajaran Kooperatif (Model Student Team Achievment Division (STAD)
c.       Model Jigsaw, Investigasi Kelompok (Group Investigation)
d.      Model Make a Match (Membuat Pasangan)
e.       Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
f.       Model Pembelajaran Tematik
g.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer
h.      Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan)
i.        Model Pembelajaran Web (e-learning)
j.        Model Pembelajaran Mandiri
k.      Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa

Ø  Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Media pembelajaran yang akan dibahas tersebut akan mengikuti taksonomi Leshin, dkk (1992)
1.      Media Berbasis Manusia
2.      Media Berbasis Cetakan
3.      Media Berbasis Visual
4.      Media Berbasis Audio-Visual
5.      Media Berbasis Komputer
6.      Pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar

Ø  Evaluasi Pembelajaran
Salah satu komponen penting dalam pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi pembelajaran. Alasannya, pembelajaran sebagai suatu sistem yang tidak hanya terdiri dari hasil belajar tetapi juga komponen-komponen penting lainnya. Evaluasi pembelajaran terdiri dari 2 jenis, yaitu evaluasi pembelajaran berbentuk tes dan non-tes. Evaluasi pembelajaran memiliki manfaat untuk mengetahui hasil dari keberhasilan siswa selama belajar di sekolah. Serta dapat membantu guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dibidang lainnya seperti minat dan bakat.



E.       SOAL
A)    Pilihan Ganda
1.    Inovasi pembelajaran yang menggunakan penekanan menghubungkan materi dengan situasi nyata adalah …
a.    Inovasi Pembelajaran Kompetensi
b.   Inovasi Pembelajaran Kontekstual
c.    Inovasi Pembelajaran Elektronik Learning
d.   Inovasi Pembelajaran Kuantum
e.    Inovasi Pembelajaran Saintifik
Jawaban : B
2.    Mana yang termasuk model pembelajaran kooperatif
a. Model PBM
b. Model CTL
c. Model Struktural
d. Model PBAS
e. Model Drills
Jawaban : c. model struktural
3.    Berikut adalah karakteristik pembelajaran tematik, kecuali..
a.    Berpusat pada siswa
b.   Memberikan pengalaman langsung
c.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
d.   Bersifat kaku
e.    Hasil pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.
Jawaban : D
4.    Levie & Lentz ( 1982 ) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu, kecuali…
a.       Fungsi Atensi                   
b.      Fungsi Afektif
c.       Fungsi Kreasi
d.      Fungsi Kognitif
e.       Fungsi Kopensatoris
Jawaban : C
5.    Benar benar mengukur apa yang hendal diukur, merupakan pengertian dari karakteristik instrumen evaluasi ....
a.      Relevan
b.      Reliabel
c.       Proporsional
d.      Objektif
e.      Valid
Jawaban : E
6.    Berapakaha jumlah karakteristik pada evaluasi pembelajaran ?
a.    6
b.   7
c.    8
d.   9
e.    10
Jawaban : C
B)    Esai
1.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan inovasi pembelajaran kompetensi …
Jawaban :
Dalam pembelajaran kompetensi siswa sebagai sumber belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut kreativitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.
2.    Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
Jawaban :
Kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran, atau model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang) menurut Joyce and Weil.
3.    Sebutkan 3 karakteristik peserta didik yang mandiri !
Jawaban :
1)   Sudah mengetahui dengan pasti apa yang ingin dia capai dalam kegiatan belajarnya.
2)   Sudah dapat memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui ke mana dia dapat menemukan bahan-bahan belajar yang diinginkan.
3)   Sudah dapat meningkatkan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaannya atau untuk memecahkan permasalahan yang dijumpainya dalam kehidupannya.
4.    Jelaskan 2 media pembelajaran menurut taksonomi Leshin, dkk (1992)!
Jawaban :
1)   Media berbasis manusia
Media ini  mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala Socrates. Rancangan pembelajaran yang berpusat pada masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar.
2)   Media visual
Media ini  dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi  struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
5.    Sebutkan prinsip evaluasi !
Jawaban :
Kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif dan praktis
6.    Sebutkan karakteristik evaluasi pembelajaran !
Jawaban :
1)   Valid
2)   Reliebel
3)   Relevan
4)   Representatif
5)   Praktis
6)   Deskriminatif
7)   Spesifik
8)   Proporsional


DAFTAR PUSTAKA

A.M,Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Press.
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Munandi,Yudhi.2008. Media Pembelajaran:Sebuah Pendekatan Baru. Gaung Persada Press.
Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sa'ud, Syaefudin Udin.2010. Inovasi Pendidikan. Bandung : UPI Pres


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP Seni Budaya & Prakarya Kelas 2 SD

Bangun Ruang